Friday, 17 June 2016

Kanal Dotonbori di Osaka Jepang versus Kali Ciliwung

Ada sebuah kenanganku dari sebuah perjalanan yang tercecer dalam benakku tentang sebuah Kanal Dotonbori di Osaka Jepang, kanal yang dibuat oleh keluarga pengusaha Osaka Jepang bernama Yasoi Doton pada tahun 1612 sampai 1615 atas perintah Toyotomi Hideyoshi penguasa keshogunan Edo saat itu. Yasoi Doton menggali kanal ini   dengan uangnya sendiri, lalu dibuatkan juga sebuah jembatan bernama Ebisubashi dan Neon Glico yang berada di atasnya termasuk salah satu simbol kota Osaka saat ini. Jembatan ini pertama kali dibangun hampir bersamaan dengan digalinya kanal.

Sekarang sudah menjadi “watermark” kota Osaka. Di kedua sisi kanal sampai Jembatan Ebisubashi terdapat promenade Tonbori Water Park yang dilengkapi tempat-tempat duduk, dan jembatan Ebisubashi ini merupakan ujung dari arkade perbelanjaan Shinsaibashi. Shinsaibashi ialah nama area shopping street. Dua distrik yang ku maksud disini ialah distrik Umeda di bagian utara Osaka dan juga distrik Namba di selatannya (pas jembatan Ebisubashi). 
Disini ada toko-toko yang menjual berbagai brand, butik, dan juga restoran yang menyajikan masakan lokal maupun internasional. 


Pada saat aku berdiri di jembatan Ebisubashi terbayang daerah Hayam Wuruk, Gajah Mada dan Harmoni Jakarta. Akhirnya pikiranku melayang ke Kali Ciliwung..hehe. Ciliwung kenapa ciliwung ya? Sepertinya Kali Ciliwung bisa disulap jadi pusat bisnis dan rekreasi seperti kanal Datonbori deh, tapi? Apakah masyarakat Jakarta mau kalau kali kesayangannya direnovasi? "Bisa saja" gumamku sendirian, kalau semua yang dikerjakan itu membawa manfaat bagi semua masyarakat ..ya kenapa tidak dimulai? Memang pemkot DKI masih konsisten melanjutkan program normalisasi sungai – sungai atau kali di Jakarta namun baru sebatas membersihkan sampah rumah tangga dan sampah industri belum tersentuh apalagi berpikir untuk menjadikan sungai sebagai sumber pendapatan masyarakat dan daerah. Kalau cuma sebatas untuk dijadikan Objek Wisata Sungai tanpa menggali potensi sungai/kali lebih besar lagi maka ke depannya sungai/kali hanya buat berenang dan bersampan ria doang, manfaat ekonominya tidak terasa.. 

Pembaca yang budiman, jika Kali - Kali  di Jakarta dikelola dengan baik maka dapat menjadi sumber pendapatan ekonomi buat kesejahteraan warga di sekitar nya. Contohnya Kanal Datonbori di Osaka Jepang  yang terkenal di seluruh dunia ini. Ibaratnya jantung, Dotonbori pun seolah tidak pernah berhenti berdetak. Aktivitasnya berlangsung selama 24 jam, mulai dari wisata kanal pada siang hingga sore hari, hingga pusat hiburan malam hingga dini hari, dan tak lupa wisata kuliner selama 24 jam. Menurut cerita nih, pada tahun 1962 sejumlah warga di Osaka ini masih suka membuang langsung sampah rumah tangga ke kanal ini gak ubahnya seperti di Jakarta. Kondisi kali makin diperparah dengan sampah dari industri-industri yang tengah berkembang pesat pada saat itu. Meski kotor, bau dan mengandung penyakit, namun kali itu tetap saja digunakan warga Osaka untuk segala kebutuhan hidup sehari hari, baik itu untuk mencuci, mandi, dan minum. Kalo saat musim panas tiba, airnya menjadi sangat bau, persis seperti halnya nasib kali – kali atau sungai yang ada di perkotaan di negara kita saat ini..

Di tahun 1970-an Dewan Pemerintah Kota Osaka mensahkan Peraturan Daerah Pengendalian Pencemaran Air, mengontrol limbah, mengawasi pembuangan limbah, dan mengendalikan pembuangan limbah domestik. Intinya, semua potensi yang mencemarkan air kali, dikontrol ketat oleh Walikota Osaka. Luar biasa, katanya lagi..gak butuh banyak waktu tahunan ternyata air kanal berubah total jadi bersih dengan kerja yang konsisten dan tegas dari pemerintah kota Osaka.

Dengan bersihnya air kanal ini maka penyediaan air untuk kebutuhan hidup bisa dimanfaatkan warga pinggiran yang menggunakan air kanal Datonbori  melalui  fasilitas air PAM sekaligus menghilangkan penyakit warga yang disebabkan oleh air kotor, hampir nol persen. 

Dengan pembuatan sistem pengolahan air PAM ini, pemkot mendapat penghargaan standar internasional untuk manajemen keamanan pangan ISO 22000 tahun 2008, lalu ikut di ajang Monde,air asal Osaka ini mendapat penghargaan internasional di Belgia. (sumber ; http//kotakitaku.blogspot.co.id). Untuk pembaca ketahui, Ajang Monde selection di Belgia ini merupakan event pemberian penghargaan kualitas  pengujian dan analisis barang konsumen masyarakat seluruh dunia. Seperti bir, air baku, minuman ringan, produk makanan, kesehatan, kosmetik secara independen.

Pemandangan di sekitar kanal Datonbori dapat dinikmati sepanjang hari sambil berjalan kaki menyusuri pinggiran kanal maupun duduk di kursi-kursi yang telah disediakan. Namun untuk waktu dan pemandangan terbaik, ku sarankan untuk berkunjung pada sore-malam hari dengan kapal sampan kecil. Dotonbori ini sebuah distrik di area Namba yang menjadi “nyawa” atau “jantung”-nya kota Osaka. Gak kalah suasananya dengan kota Tokyo.

Di Dotonbori kita juga bisa mencicipi teh hijau khas Jepang. Kue bolu khas Portugal, castellan, pun ada. di sepanjang jalan, penjual jajanan khas Osaka yakni takoyaki, berlomba menawarkan dagangannya. Bau harum kue takoyaki menyergap indera penciuman kita ketika ada disana, bercampur bau dengan bau parfum dari toko-toko di sekitarnya…hehehe..bayangin deh aromanya kayak apa?

Tur dengan kapal sampan di sore hari akan memberikan sensasi yang berbeda karena kita bisa melihat matahari terbenam, dan di saat yang bersamaan melihat puluhan lampu neon pada billboard di sepanjang pinggiran kanal menyala. Waaah nyaman banget rasanya…!!

Oh iya, Kota Osaka ini merupakan sebuah kota metropolis air dan kota pelabuhan yang dikenal dengan sungai-sungainya dan punya jembatan terbanyak di Jepang.  Osaka juga dikenal sebagai lumbung pangan atau Tenka no Daidokoro karena Osaka merupakan pusat distribusi bahan makanan untuk seluruh Jepang. Harga beras untuk seluruh Jepang dipatok berdasarkan harga beras Pasar Beras Dojima yang ada di Osaka.

Membayangkan Kota Jakarta bisa sebersih ini, kapan yaa? Kita kudu punya pemimpin  yang visioner, disiplin dan konsisten membuat program  yang riil bagi tumbuhnya pusat pertumbuhan ekonomi dan lingkungan yang sehat. Jakarta oh Jakarta..kota ini makin sumpek dan warganya makin jutek..Kunci sebenarnya maukah kita move on dan mulai fokus kerja bersama membenahi kota kita ini? Jujur kukatakan bahwa tak ada yang luar biasa di saat ku berjalan di negeri orang asing itu, kekurangan kita cuma gak disiplin dan konsisten menjaga lingkungan hidup yang kita punya. 

Aku bangga jadi orang Indonesia, karena negeri ini diberikan keindahan alami oleh Maha Pencipta. Sayangnya kita semua tidak pernah bersyukur alias tidak menjaga dan merawatnya....!! 


Subhanallah..


0 komentar:

Post a Comment