Setiap orang di dunia
ini merindukan rumah, tempat dimana mereka akan pulang, tempat
dimana orang-orang yang mereka sayangi berada. Pada hakikatnya, rumah bukan
semata tempat yang berbentuk bangunan segi empat atau bertingkat -
tingkat.
Tapi rumah yang kita rindu kan
itu sebuah rumah yang dibangun dengan cinta dan kasih sayang, juga rasa saling
menghormati dan menghargai serta saling bahu membahu untuk semua kepentingan
hidup bersama, apakah di rumah itu berdiam sahabat, saudara, kekasih, suami,
istri, anak, adik, kakak, maupun orang tua kita sendiri. Rumah yang kita
rindukan itu sebuah tempat yang telah memberi contoh pengajaran tata cara ber
etika dan mengajarkan nilai luhur kekeluargaan. Etika yang
merupakan pedoman cara hidup yang benar dilihat dari sudut pandang
budaya, susila dan agama lalu terintegrasi yang ujungnya bermuara
kepada bentuk jati diri penghuninya. Etika ini biasa disebut juga adat,
kebiasaan atau kesepakatan bersama sebagai pedoman untuk diterapkan dan
dipatuhi semua anggota keluarga tentang apa yang dinilai baik dan buruk
di masyarakat sekitarnya.
Contoh etika yang umum kita
perhatikan di dalam rumah seperti, mengucap salam, merendahkan suara saat
berbicara dengan orang tua, meminta maaf jika lakukan kesalahan dan lain
sebagainya. Kesemua aktifitas yang menjadi kebiasaan baik ini berlaku
dari generasi ke generasi menjadi budaya sebuah kelompok masyarakat yang
berkembang dari rumah yang kita rindukan selama ini menjadi tradisi yang
selalu di informasikan atau diajarkan secara berkelanjutan.
from ; academyofautomotiveexcellence,com |
Kita semua paham, bahwa di dalam
keluarga itu ada ayah, ibu, dan anak. Kemudian ada juga keluarga lain yang juga
tercatat sebagai anggota keluarga. Tugas-tugasnya pun secara tertulis atau
tidak tertulis sudah sangat jelas. Seperti misalnya ayah bertugas memberikan
nafkah keluarga, memberi rasa aman, dan memberikan rasa keadilan terhadap semua
anggota keluarga. Kemudian ibu bertugas untuk mengelola jalannya rumah tangga,
menjadi wakil dari ayah ketika beliau sedang tidak ada di rumah, dan menjadi
pelengkap kekurangan ayah dalam ke pemimpinan nya.
Sedangkan anak, sebelum ia
berkeluarga, berkewajiban untuk patuh terhadap peraturan yang ada di rumah
tersebut, menjadi kebanggaan keluarga, dan juga berhak mendapatkan perlindungan
dari ayah dan ibu mereka. Secara sederhananya dari semua anggota keluarga
tersebut harus saling menjaga dan melindungi. Jika satu anggota sakit maka
sakitlah anggota keluarga yang lain begitu juga sebaliknya. Idealnya seperti
itu.
Dalam kehidupan sebuah keluarga,
akan sangat malu kalau mendapati salah satu dari anggota keluarganya yang tersangkut
masalah berperilaku buruk seperti “mencuri, menipu orang atau menyakiti
orang lain“. Karena orang yang ada di dalam keluarga tersebut pasti akan
berfikir beberapa kali tentang nama baik keluarganya ketika ia akan melakukan
hal-hal yang buruk dan tidak lazim di dalam masyarakat.Begitu juga dalam
kehidupan bernegara. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat itu berfungsi
selayaknya bagai orang tua ( Ayah dan Ibu ) secara normatif harus mampu
melindungi, mengayomi dan menjamin rakyatnya bisa hidup adil sejahtera lahir
dan batinnya.
Tak pernah terbayangkan ,ketika masalahnya kemudian muncul ketika Dewan Perwakilan Rakyatnya (Ibu) tidak sepenuh hati untuk memenuhi tugas dan janjinya. Dengan kata lain acuh terhadap kepentingan rakyatnya, menganggap bahwa rakyat harus bisa menyelesaikan segala kepentingannya sendiri dengan berbagai macam dalih, lalu melepaskan tanggung jawabnya dan sibuk mencari kesenangan pribadi dengan mencampuri urusan yang tidak sepantasnya di lakukan dalam arti menyimpang dari kesepakatan tugas dan tanggung jawabnya.
Hal ini sungguh sangat melukai hati rakyat yang berharap
kepada mereka. Malah yang lebih parahnya adalah jika oknum Dewan ini bertindak
diluar batas norma kepatutan dan kepantasan yang bisa memberi kesengsaraan pada
rakyat dan negara di kemudian hari. Dapat dikatakan sebagai sikap
seseorang yang tidak berempati kepada rakyat yang telah ikhlas memberi kan
amanah yang suci namun dibalas dengan sikap tak peduli dalam arti hak yang
diberikan rakyat di terlantar kan oleh oknum tadi di Dewan Perwakilan Rakyat
yang mereka jadikan daulah orang yang dihormati nya.
Karena seperti kita
ketahui bahwa jika orang tuanya saja sudah tidak peduli maka siapa lagi yang
diharapkan untuk mengurusi anak negeri ( rakyat ). Kita semua tak akan rela
bila di kemudian hari terlantar dan menjadi budak di negeri sendiri sampai
kiamat mungkin.. Kita semua, sebagai rakyat di negeri ini menggugat etika
kalian semua itu ada dimana ???.yang seharusnya menjadi pengawal moral bangsa
yang dapat dijadikan panutan untuk menghargai budaya bangsa yang luhur itu .
Kita berhak untuk bertanya kepada
mereka ini .."Masih adakah etika dan rasa malu itu di hati mu wahai
senator ??? atau etika itu sudah mulai lapuk di negeri ini...".
0 komentar:
Post a Comment