Banyak
di antara manusia yang tidak mampu berlapang dada menerima pendapat orang lain
meskipun dia memiliki pendapat sendiri, tidak peduli dalam berbagai urusan.
Pedagang dengan cara pedagang, agamawan dengan cara agamawan, dan lain
sebagainya.
Berbeda
pendapat itu sangat baik, karena ia mencetuskan idea yang berlainan, cara fikir
yang berbeda, pengetahuan yang luas menentukan jati diri seseorang.
Sesungguhnya, "ikhtilaf / perbedaan pendapat itu rahmat".
Menjadi
rahmat itu apabila masing-masing berbesar hati menerima dan bersedia berdebat
dengan argumen ilmiah tanpa di dorong nafsu amarah.
Jika
terjadi perbedaan, hatinya cepat marah. Maka orang-orang cerdik mengatakan :
"ketel yang kecil lebih mudah panas, begitu juga orang yang berhati
kecil".
Kenapa
harus merasa panas hati ketika orang lain berpendapat berbeda ???? padahal kita
tahu bahwa pengalaman kehidupan manusia itu tidak pernah sama....
Sikap
kita melambangkan siapa kita. Orang yang tidak bisa menerima pendapat orang
lain, berarti dia orang yang berpikiran negatif dan senang marah. Orang begini
tidak bisa bekerja secara berkelompok atau menghadiri pertemuan apa pun, karena
pasti mendatangkan masalah.
What
you see is what you get. Cerdik pandai pernah mengatakan :
"cara
kita melihat menentukan siapa kita".
Sangat
benar pendapat begitu, karena seseorang
yang membuat suasananya positif pasti akan melihat semua hal adalah positif.
Hadapilah
perbedaan pendapat dengan senyuman niscaya masalah itu pasti senyum kembali
kepada kita. Setidaknya kita tahu bahwa sudut yang kita ketahui sebenarnya
memiliki sudut lain yang belum kita ketahui. Kadang-kadang kita tidak nampak
dalam diri ada kekurangan, dan sebab itulah kita perlu teman untuk memberitahu.
Itulah
adatnya ketika ada pemerintah pasti ada oposisi. Inilah fungsinya. Pemerintah
yang tidak mampu menerima kritik oposisi adalah pemerintah yang lemah. Begitu
juga dengan mahasiswa.
Sebagai
kesimpulan, jadilah manusia yang cerdik dalam memberikan pendapat dan juga
menerima perbedaan suatu pendapat. Lihat saja Umar dan Abu bakar, dua sahabat
Nabi yang sangat di hormati, mereka dapat menerima satu sama lain meskipun
memiliki banyak terjadi perbedaan pendapat. Mereka adalah manusia yang cerdik
dan pintar.
Seharusnya
orang yang ingin menjadi cerdik dan pintar meniru akhlak mereka. Mengakui
kelemahan diri itu sebenarnya bukan hina malah itu lah sifat hamba yang saleh.
Sebenarnya musuh yang paling hebat di dunia ini adalah diri kita sendiri. Orang
lain tidak mampu membuat kita risau kecuali diri kita sendiri yang membuatnya
risau.
Perdebatan
itu memang salah satu teknik untuk memperoleh ilmu, tetapi bukan teknik utama
seperti halnya argumentasi yang demonstratif, sebab perdebatan punya tujuan
berbeda dengan argumentasi. Kalau argumentasi bertujuan membuktikan kebenaran
pada lawan diskusi, maka perdebatan bertujuan mengalahkan lawan diskusi.
Namun,
perdebatan berbeda dengan berbantah-bantahan, yang umumnya dilakukan secara
ngotot dan berkeras kepala dalam mempertahankan pendapat sendiri. Akan tetapi,
merupakan usaha atau teknik dalam adu pendapat dengan menyampaikan pikiran yang
menggunakan premis-premis yang secara umum diakui dan terkenal kebenarannya
untuk membuat lawan bicaranya kalah.
Karena
perdebatan menggunakan premis-premis (statemen-statemen) yang bersifat diakui
oleh umumnya orang atau lawan diskusi—walaupun belum tentu benar—, maka kita
tidak perlu membuktikan lagi kebenarannya.
Ada
beberapa manfaat perdebatan, diantaranya
adalah :
Untuk
memperkuat pendapat sehingga lawan bicara menerimanya.
Untuk
melatih akal berdalil dengan premis-premis yang ‘diakui’ dan ‘dikenal’.
Untuk
memperoleh kebenaran dan keyakinan terhadap berbagai perselisihan yang terjadi.
Untuk
memudahkan pencari kebenaran memperoleh kebenaran dari ilmu-ilmu yang
dicarinya.
Untuk
memperoleh kemenangan dalam adu pendapat.
Untuk
memberikan alternatif dalam membuktikan kebenaran dengan cara yang lebih mudah.
Untuk
menjaga diri dari pengaburan dan penipuan orang lain dalam berdebat.
Tetapi
tidak semua perdebatan berguna dan mengantarkan orang pada kebenaran, bahkan
ada perdebatan yang semakin menjauhkan orang dari kebenaran serta menimbulkan
permusuhan, perdebatan seperti ini tidak diridhai Allah swt
Di
dalam Al-Quran, terdapat ayat-ayat yang melarang perdebatan, pelarangan itu
dikarenakan beberapa sebab :
Pertama,
Berdebat untuk membela suatu yang sudah diketahui kebatilannya dengan niat
untuk mengaburkan kebenaran Allah, seperti firman Allah, “Dan mereka berdebat
dengan kebatilan yang dengannya mereka meruntuhkan kebenaran” (al-Mukmin 5)
Kedua,
Berdebat tentang perkara yang sudah sangat jelas kebenarannya (badihi, self
evident), yang tidakmembutuhkan argumentasipanjang lebar, “Mereka mendebat kamu
dalam perkara kebenaran setelah jelas kebenaran itu” (al-Anfal 6)
Ketiga,
Berdebat tentang sesuatu yang mana pihak yang berdebat sama-sama tidak
mengetahui persoalannya, Allah berfirman, “Begininlah kamu, semestinya kamu
berdebat dalam apa yang kamu ketahui, maka mengapa kamu berbantahan tentang apa
yang kamu tidak berilmu padanya” (Ali Imran 66)
Keempat,
Memperdebatkan ayat-ayat Allah yang sudah jelas, “Tidak ada yang memperdebatkan
tentang ayat-ayat Allah, keuali orang-orang kafir Karena itu janganlah engkau
terkecoh dengan berbagai aktivitas mereka di negeri-negeri” (Ghafir 4)
Kelima,
Berdebat tanpa argumentasi, “(Yaitu) orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah
tanpa sulthan (alasan) yang sampai kepada mereka, Amat besar kemurkaan (bagi
mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman, Demikianlah Allah
menguni mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” (Ghafir 35)
Karena
itu, dalam berdebat hindarilah kelima hal di atas, agar perdebatan itu semakin
mengantarkan manusia pada jalan kebenaran, dan jika ada yang mengajak kita
berdebat dengan tanpa ilmu, tanpa argumentasi, dan bukan untuk mencari
kebenaran, maka sebaiknya dihindari saja dan tinggalkan.
(hd,liputanislam,com)
0 komentar:
Post a Comment