Sunday 19 August 2018

Logika Memilih Dengan Rasional.

Semangat betul rasanya untuk melanjutkan postingan-postingan Buzzer Pendukung PASLON.

Dimedia sosial terjadi aksi saling "serang" antara pendukung masing-masing capres/cawapres, saling meng-klaim paslon mereka yang paling hebat.."perang di medsos ini akan semakin panas bulan-bulan yang akan sampai pilpres/pileg April '19.

Banyak orang kecewa setiap setelah PILPRES karena harapannya tidak realistis (terlalu muluk-muluk), walaupun PASLON dukungannya yang terpilih.
Kenapa begitu?
Karena terlalu percaya dengan koar-koar/kampanye yang tidak realistis (muluk-muluk) juga.

Apa iya, seperti semangatnya PS, kemiskinan bisa dihilangkan dari bumi Indonesia? Begitu juga, apa iya negara bisa dibebaskan dari hutang?
Coba ambil napas dalam-dalam, berpikir sedikit dan gunakan rasionalitas (akal sehat). Kalau kita mau sungguh-sungguh berpikir tidak secara emosional, akan ketemu jawabannya bahwa semangat PS itu hanya bisa dicapai di didalam mimpi. Bukan di alam dunia nyata.
Negara Adidaya dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia (USA) saja sampai sekarang tetap berhutang dan hutangnya sangat besar, selain itu rakyat miskin di USA juga cukup banyak.

Walaupun ekonomi negara dan bangsa kita meningkat, kesejahteraan rakyat meningkat, itu bukan berarti semua rakyat akan bisa menikmati.
Yang miskin akan tetap miskin, yang lumayan atau cukup/sedang-sedang saja hidupnya tetap akan sedang-sedang saja, kecuali jika masing-masing golongan tersebut berusaha keras memperbaiki tingkat kesejateraannya.

Sudah biasa dalam kampanye, baik untuk menjadi KADES, Walikota/Bupati, Gubernur, Presiden dan untuk menjadi Anggota Legislatif, menjanjikan yang tidak masuk akal (muluk-muluk).
Buat mereka ditantang untuk menurunkan BULAN dari Langit ke Bumi pun akan dijawab "BISA".

Tinggal kita calon pemilih, rakyat yang akan mereka pimpin (Pemerintah) atau yang akan mereka wakili (Legislatif), apakah kita hanya akan menjadi Pemilih yang dimanfaatkan karena kita hanya menggunakan alam pikiran emosional dalam mempertimbangkan pilihan (pakai perasaan, semangat doang, pokoke, dan lain-lain yang sejenis) atau kita akan menjadi penentu dan tidak sekedar dimanfaatkan karena kita mau mempertimbangkan pilihan dengan rasionalitas (akal sehat).

Calon Pemilih yang bijak yang menggunakan rasionalitas akan menelisik track record (rekam jejak) calon, latar belakang calon (keluarganya, pergaulannya di masyarakat, pendidikannya, aktifitasnya di pemerintah, sosial atau swasta/bisnis).

Dan juga kita perlu menyadari bahwa sistim ketatanegaraan, termasuk sistim perpolitikan (PARPOL) masih belum sehat. PARPOL masih sangat kuat membelenggu walaupun sistim pemerintahan di Indonesia Presidensial. Presiden dalam memerintah seperti berjalan diantara ranjau dan harus berhitung betul terhadap respon PARPOL sebelum bertindak.
Sistim Pemerintahan di Indonesia walaupun Presidensial tapi masih rasa Parlemen.

Parlemen (DPR/DPD/DPRD) selalu siap menerkam jika kepentingan mereka terganggu. PARPOL mementingkan rakyat banyak itu omong kosong, jargon doang. Kepentingan PARPOL termasuk masing-masing anggota legislatif-lah yang sebenarnya mereka utamakan.
Tapi itu sistim yang berlaku sampai saat ini, sehingga mau tidak mau harus diikuti.

Oleh karenanya, jika berharap Presiden terpilih tidak dipengaruhi dan tidak dikuasai oleh kepentingan PARPOL, itu tidak akan bisa kita dapatkan selama sistimnya masih seperti saat ini. Karena sistim pemerintahan dan PARPOL diatur di dalam UU, sementara pembuat UU juga anggota legislatif, perbaikan sistim hanya bisa jika ada niat yang kuat baik dari pemerintah maupun dari legislatif. Satu pihak menolak, tidak akan bisa jalan.

Makanya, jika berharap ideal, presiden tidak dipengaruhi dan tidak dikuasai oleh PARPOL, tidak akan didapat sebelum sistim diperbaiki...😁

Mari memilih dengan akal sehat, cerna isi kampanye masing-masing paslon, simpan egonya dulu 😆, semoga Indonesia kedepannya tambah maju, sejahtera.

3 komentar: