Pernahkah
kamu bicara tak lagi menggugah, apa yang harus kita lakukan? Beberapa orang dari kita sering sekali membungkus rasa
frustasinya dengan amarah. Dan ada juga mengalirkan kegelisahannya dalam bentuk
ancaman. Dan, ada juga yang tiba tiba berhenti bicara ….
Selayaknya,
ketika bicara itu tak lagi menggugah, inilah saat yang tepat untuk bercermin diri.
Apa kita tlah berbicara dengan ikhlas? Jangan-jangan kita berbicara itu untuk
memuaskan keinginan kita semata. Atau bisa jadi, kita terlalu percaya diri
dengan kharisma diri lalu meyakini bahwa kharisma itulah yang menggugah hati seseorang?
Atau mungkin kita terpukau dengan kemampuan diri mengolah kata lalu menjadi
diri super yakin jika kata yang terangkai dari mulut kitalah yang mendorong orang
lain melakukan sebuah perubahan…??
Ternyata, jika
bicara tak lagi menggugah karena kita terlalu bergantung pada bicara itu
sendiri. Kita terlalu pede bahwa yang kita bicarakan membuat orang lain akan
berubah, logis juga kalau mereka tak tergugah dan tidak berubah. Contoh soal
ketika kita siapkan presentasi yang menurut kita paling sempurna di depan anak
buah, lalu merasa yakin jika presentasi
itulah yang akan menggerakkan mereka, dan …apa yang kita dapatkan dari semua itu??? ternyata mereka tidak tergerak alias tidak menarik hatinya.
Kesimpulannya, ketika bicara itu tak lagi menggugah, jangan justru kita berhenti untuk berbicara.
Tapi kita perlu perbaiki niat terlebih
dahulu. Camkan dalam hati bahwa kita bicara dan mengajak mereka melakukan
sesuatu hal bukanlah untuk kepentingan dan kepuasan kita sepihak saja. Kita
harus pahami bahwa sehebat apapun
rangkaian kata, tetap saja tidak bisa menggugah seseorang tanpa ijin Allah.
Jadi kita
selalu berupaya untuk terus mengajak mereka dengan perkataan yang
terdengar lebih baik. berbicara dengan perkataan terbaik, hati pun harus dijaga
tetap berbicara hanya pada Allah.
“Hamba
berbicara ini karena Mu ya Rabb. Bukankah Engkau suka dengan manusia yang
mengajak kebajikan pada manusia lainnya? Wahai Rabb yang membolak-balikan hati,
teguhkanlah hatiku pada agama-Mu. Tatkala hati seorang mukmin bergejolak,
emosi dan nafsu mengisi relung hati, maka bukan ketenangan yang didapat, bukan
pula petunjuk yang membimbing, akan tetapi kesalahan dan kebodohan yang ikut
menemani. Bahkan seorang yang ahli ilmu sekalipun, bila tidak ada
ketenangan hati, maka kebodohan dan kesalahan lah yang akan menjadi petunjuknya,
sehingga dengan hati yang penuh luapan emosi, orang lain akan melihat dengan
jelas kebodohan yang telah dilakukannya.
Dialah Rabb Yang Maha Penolong, Dialah yang
mengatur segala sesuatu, Dialah yang mampu menyelesaikan masalah-masalah kita,
Dialah yang memudahkan segala urusan kita. Sehingga dengan beriman kepada Allah ta’ala,
Allah akan senantiasa memberi petunjuk kepada kita, membimbing, dan mengarahkan
kita dalam setiap keadaan. Barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia
akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
( At-Taghaabun: 11).
0 komentar:
Post a Comment