Ku susuri jalan setapak di pinggiran gunung yang melingkari desa ini, cukup jauh bagiku dalam usia
setengah baya, begitu panjang terasa pagi ini. Kanan kiri
jalan tertutupi oleh
hijaunya rerumputan. Hamparan
sawah hijau. Rindangnya pohon-pohon besar membuat
suasana menjadi sejuk. Sejuknya pagi merasuki pori lalui urat nadiku menembus dalamnya hatiku. Tak ada sedikitpun
rasa resah dalam hati dan pikiranku. Aku paham jika mereka iri suasana sejuk tlah memberi aura positif dalam
hidupku.. Mereka itu rerumputan hijau, mereka itu
pepohonan yang tumbuh dikanan kiriku, mereka itu embun yang masih terpancar di
ujung daun, dan mereka-mereka itu semua…. Perjalananku dengannya menjadi
indah.
Ku tak canggung melangkah
mengitari desa. Cinta? Itu
tak ada bedanya menurut cerita. Ku dekat. Ku telah menyatu. Sosoknya memang tak
pernah hilang, dari mimpi malamku, dari lamunanku dan dari seluruh hari-hariku.
Sinar matanya yang teduh dan terasa indah
itu tak pernah bisa tuk
kulupakan. Dia memang tak selalu mengatakan cinta padaku. Jarang memujiku namun selalu bisa menyejukkan
lewat kata-katanya. Dia
selalu menghangatkan hatiku, jiwaku dan bahkan diriku seutuhnya lewat suara dan tatapan matanya.
Beberapa kali pernah ku bertengkar dengannya. Tatapan itu, tiba tiba entah hilang kemana?
Aku tak tahu. Aku berpikir apakah itu tatapan palsunya? Ah…mungkin tidak.
Aku bagai belahan yang tak pernah terpisahkan.
Ketika dia memenjarakan diriku dengan kata-katanya yang panas. Aku selalu merasa sejuk dengan
ketenanganku. Diamku
akhirnya menghangatkan bahkan menjadikan dia cair dan akhirnya meleleh. Begitu
juga ketika kepalaku meledak dan kata-kata yang keluar dari mulutku yang tak lagi manis, dia selalu membawa senyum dan
tatapan yang indah untukku.
Aku tak kuat menahan begitu dalamnya cinta ini. Sungguh indah tidak
cintaku?
Mereka pun tahu dan merasa iri padaku. Kini, dia ada di sebelahku. Perjalananku
ini menjadi makin
bermakna karena sosoknya selalu menyemangatiku. Lembut tangannya tak lagi
mengingatkanku kalau aku ada di dunia yang penuh dengan tragedi ada baik buruknya. Bagiku sekarang dan seterusnya hanya ingin berdua dengannya. Bersama
tuk berlama-lama. Ber-angan dan mengharapkan keindahan dimasa yang akan datang.
Berpikir tentang keabadian cinta bukan tentang kehancuran karena ego kita. Ku juga membawanya tuk selalu mengarah pada masa
depan yang menggembirakan bukan masa depan yang berantakan seperti hari hari kemaren berlalu .
Dia setuju. Tanda setujunya tak lewat kata. Lewat senyum manisnya. Lewat lembut
tangannya seperti ketika dia menguatkanku, Insyaallah.. Oh…sungguh indah tuk ku jalani
hari-hari ku yang kulewati bersamamu sayang.
Wah.. aku telah berjalan cukup jauh...
Tak terasa berbagai kerikil
telah ku lewati. Berbagai tanaman dan pepohonan telah ku jelajahi. Sawah dan ladang terhalang tebing membatasi hijaunya
hamparan tapi ku tak tahu. Ku tengok kebelakang ternyata begitu banyak
rintangan yang seharusnya tadi ku lewati. Tapi, aku seperti tak merasakan itu tadinya. Aku hanya merasakan
ada cinta dan cinta. Wooow…sungguh. Cinta itu
telah menyemangatiku dan menguatkanku ketika banyak tantangan yang seharusnya
ku lewati. Sungguh ku berterimasih padamu cinta. Kau telah membuka tirai gelap didalam
lubuk hatiku dan itu telah meringankan
langkah
menghadapi semua perjalanan hidup yang penuh warna ini. Ya Allah… Cinta telah membuat diriku menjadi pribadi
yang berbeda. Terimakasih Cinta…
0 komentar:
Post a Comment