Friday 5 January 2018

Tanah Rantau Sekolah Kehidupan

Pergi dari rumah dan keluar kampung, awal proses menjadi perantau adalah SIKAP MENTAL REVOLUSIONER untuk pembebasan wawasan dan penguatan identitas diri.

Bebas untuk menemukan cara berpikir baru, kebiasaan-kebiasaan baru, tanggung jawab-tanggung jawab baru (atau mungkin juga untuk tidak bertanggung jawab.. hahaha).

Dengan merantau, individu memiliki kekuatan, juga tanggung jawab penuh terhadap diri sendiri, terhadap identitas diri.

Menjadi perantau adalah melepaskan segala ekspektasi dan tekanan masyarakat, dan tumbuh tanpa kekhawatiran.

Menjadi perantau adalah soal menemukan diri sendiri. Merantau adalah proses membongkar diri sendiri. Seperti mengambil jarak terhadap diri, lalu menimbang-nimbang, menilai-nilai, menambah-mengurang, lalu membentuk lagi si diri. Tak ada keluarga yang ikut campur secara langsung.

Setiap individu bebas membentuk diri, sekaligus bertanggung jawab penuh atas diri bentukannya tersebut.

Itu yang dikatakan temanku *Rika Nova* dalam blognya ketika dia memutuskan untuk hidup jauh dari orang tua.

Sejatinya saya tidak ingin berada dalam situasi ini, jauh dari keluarga, teman, dan tempat-tempat yang memberi saya rasa aman ketika berada di sana.

Kita hanya dekat dengan sesuatu yang kita sukai. Dan seringkali kita menghindari sesuatu yang baru.

_Tapi orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu_

Memulai sesuatu yang baru selalu tidak mudah. Lebih mudah meneruskan apa yang ada, walaupun tidak mudah hidup dalam kesulitan.

Hidup dengan orang tua di rumah membuat merasa aman, tapi kenyamanan membuat tidak berkembang. Bergerak adalah keharusan, meskipun tidak menjanjikan kemapanan.

Seiring waktu kita semua akan terus  melangkah, melanjutkan cita cita yang sedang dalam proses, semoga Alloh meridoi apa yang kita rencanakan ditahun 2018 lebih baik lagi ~

0 komentar:

Post a Comment