Kalau kita hidup di Jakarta atau wilayah
jabodetabek, gak usah heran kalau masalah macet di jalan takkan pernah tuntas
walau udah berkali-kali ganti Presiden, Gubernur atau Bupati, kita masih ngeliat
tu orang masuk kereta desak-desakan. Motor di jalanan semrawut gak karuan.
Soalnya orang Jakarta atau jabodetabek
gak bisa liat ada celah dikit, pasti langsung disikat. Namanya juga Jakarta, se-jago apapun pimpinan daerahnya tetep aja
kekal macet, selama persaingan masih jadi budaya, gak akan ada celah yang gak
disikat. Keras ..emang !!..dan sekarang penyakit gak sabaran ini sudah menulari
kota kota seluruh Indonesia...
Bayangkan
setiap hari baik itu berangkat kerja atau urusan apa saja anda berhadapan
dengan beribu-ribu orang yang juga sibuk dengan urusannya masing-masing dan
berusaha untuk mencapainya tepat waktu. Mereka main senggol, menyerobot, tidak pedulikan orang lain, tidak pedulikan
lampu merah, wuuiiiihhh edannya lagi..dari arah yang berlawanan seorang pengendara
motor dan angkot (musuh utama bagi setiap pengendara motor & mobil) saling bahu membahu seperti tidak mau
kalah berpacu (mungkin angkotnya merasa
tertantang, saya gak tahu deh.....hahaha).
Gak Sabar, kenapa begitu yaa? Entah
karena stress melihat orang-orang gak mau mengalah alias antri atau karena
faktor mental kalee ya? Timbulnya sifat individualistis selalu kita temui
yang jelas (hampir) dari kita semua termasuk ane juga ..telah menjadi bangsa
yang paling tidak sabaran!!! ...karena sifat egoistis di kepala akhirnya
timbul stress dan gak heran emang dalam keadaan seperti itu semua orang jadi
gampang marah...lalu marah merebak gak cuma ada di diri sendiri tapi sudah
meluas ke segala bidang kehidupan...!! Gak dapet duit marah, gak menang ya
marah doong, gak dilayani juga marah, gak di segerakan tuntutannya juga marah,
berdiskusi apalagi berdebat juga marah...saking marahnya eeehh malah ngajak
temen buat naikin level kemarahannya...biar semua orang di dunia
ini tahu kalau marah itu sebuah solusi cepat mencapai keinginan...!!!
Bicara soal solusi cepat, jadi inget semboyan ‘Revolusi Mental’, saya tergelitik sekaligus gerah mendengarnya karena kata revolusi mengingatkan kondisi horor..tapi emang itu ada benarnya juga sih. Mental orang Indonesia harus segera di revolusi, kayak mental jorok, gak tertib hukum, serba instan, dan mental mata duitan kayak
korupsi, pungli dan sejenisnya lalu ada lagi mental suka berkhayal alias pake
narkoba, sekali lagi revolusi itu merubah keadaan secara cepat. Jadi
perubahan mental mulai dari pemimpinnya sampe warga itu harus berubah jika ingin negara ini kuat dan mampu mendorong negara jadi lebih maju dan bermartabat.
Ingatlah bahwa, kita saat ini sudah berada dalam zamannya globalisasi lho, saya kutip
fenomena globalisasi dari buku Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan, penerbit
Erlangga bahwa; semua proses kehidupan sudah tak nampak batas yang mengikat
secara nyata dikarenakan teknologi informasi dan komunikasi yang
mengakibatkan terjadinya proses;
Arus etnis ditandai dengan mobilitas
manusia yang tinggi dalam bentuk imigran, turis, pengungsi, tenaga kerja, dan
pendatang. Arus manusia ini telah melewati batas–batas teritorial negara.
Contoh masuknya tenaga kerja dari
Tiongkok, Maroko, Nigeria, Amerika, dan lain sebagainya, jadi gak ada lagi
kata "takut atau kata mengusir orang asing" tapi kita harus siap
bersaing dan pemerintah pun siap mengelola dan membuat peraturan hukum yang melindungi
kesejahteraan bangsa.
Arus teknologi ditandai dengan mobilitas
teknologi, munculnya multinational corporation dan transnational corporation
yang kegiatannya dapat menembus batas–batas negara.
Arus keuangan yang ditandai dengan makin
tingginya mobilitas modal, investasi, pembelian melalui internet, dan
penyimpanan uang di bank asing.
Arus media yang ditandai dengan makin
kuatnya mobilitas informasi, baik melalui media cetak maupun elektronik.
Berbagai peristiwa di belahan dunia seakan-akan berada di hadapan kita karena
cepatnya transfer informasi.
Arus ide yang ditandai dengan makin
derasnya nilai baru yang masuk ke suatu negara. Dalam arus ide ini muncul isu-isu yang telah menjadi bagian dari masyarakat internasional. Isu-isu ini
merupakan isu internasional yang tidak hanya berlaku di suatu wilayah nasional
negara. (Budiyanto 150 – 151:2007) Buku;
Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Erlangga
Banyak hal yang akan terjadi dalam
proses globalisasi, dari yang negatif sampe hal hal positif yang bisa dilakukan dan tentunya lebih bermanfaat. seperti berkarya dan berinovasi untuk
menciptakan teknologi tepat guna sangat mungkin dilakukan, banyak potensi
masyarakat Indonesia yang mampu
menciptakan teknologi atau cara mencari alternatif baru yang sangat berguna dalam bidang apapun,
tentu kita berharap pemerintah mendukung masyarakat baik itu peraturan maupun
memberi dukungan nyata dalam fasilitas usaha serta teknologi tidak sebatas bentuk fisik saja.
Dan yang paling penting lagi nih, menghadapi globalisasi harus bisa merubah pola pikir agar bisa mengimbangi pengaruh kekuatan budaya bangsa lain akibat dari
arus globalisasi, kita harus bisa menguasainya atau justru kita yang akan
dikendalikan.
Kita kendalikan arus globalisasi itu dengan cara memahaminya,
menganalisa nya, baru kita memanfaatkannya untuk melakukan hal positif,
berkarya dan ber-inovasi dalam bidang teknologi misalnya, adalah salah satu contoh memanfaatkan
arus globalisasi dan menggunakannya untuk meningkatkan potensi diri, selain
berguna untuk diri sendiri, kita bisa memanfaatkan teknologi informasi ini untuk turut
berperan melestarikan budaya nasional melalui media teknologi, memanfaatkan
internet untuk meningkatkan potensi produk lokal agar bisa lebih dikenal, dan
menciptakan berbagai teknologi atau aplikasi tepat guna untuk membantu proses
perkembangan bangsa Indonesia ke depannya.
Akhirnya, dari berbagai fakta yang ada
bahwa kita semua dimulai dari lingkungan keluarga "hukumnya wajib" untuk menjaga
nilai nilai agama, ideologi negara dan budaya bangsa menjadi wujud JATI DIRI
MANUSIA INDONESIA.
Selamat berjuang dan berkompetisi dalam kesabaran untuk menghadapi tantangan di era globalisasi.
"Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan"
- Soetan Syahril (5 Maret 1909 - 9 April 1966) -
By: Adm
"Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan"
- Soetan Syahril (5 Maret 1909 - 9 April 1966) -
By: Adm
0 komentar:
Post a Comment