Monday, 28 November 2016

GLOBALISASI DAN KETIDAK SABARAN

Kalau kita hidup di Jakarta atau wilayah jabodetabek, gak usah heran kalau masalah macet di jalan takkan pernah tuntas walau udah berkali-kali ganti Presiden, Gubernur atau Bupati, kita masih ngeliat tu orang masuk kereta desak-desakan. Motor di jalanan semrawut gak karuan.

Soalnya orang Jakarta atau jabodetabek gak bisa liat ada celah dikit, pasti langsung disikat. Namanya juga Jakarta, se-jago apapun pimpinan daerahnya  tetep aja kekal macet, selama persaingan masih jadi budaya, gak akan ada celah yang gak disikat. Keras ..emang !!..dan sekarang penyakit gak sabaran ini sudah menulari kota kota seluruh  Indonesia...

Bayangkan setiap hari baik itu berangkat kerja atau urusan apa saja anda berhadapan dengan beribu-ribu orang yang juga sibuk dengan urusannya masing-masing dan berusaha untuk mencapainya tepat waktu. Mereka main senggol, menyerobot,  tidak pedulikan orang lain, tidak pedulikan lampu merah, wuuiiiihhh edannya lagi..dari arah yang berlawanan seorang pengendara motor dan angkot (musuh utama bagi setiap pengendara motor & mobil)  saling bahu membahu seperti tidak mau kalah  berpacu (mungkin angkotnya merasa tertantang, saya gak tahu deh.....hahaha).

Gak Sabar, kenapa begitu yaa? Entah karena stress melihat orang-orang gak mau mengalah alias antri atau karena faktor mental kalee ya? Timbulnya sifat individualistis selalu kita temui yang jelas (hampir) dari kita semua termasuk ane juga ..telah menjadi bangsa yang paling tidak sabaran!!! ...karena sifat egoistis di kepala akhirnya timbul stress dan gak heran emang dalam keadaan seperti itu semua orang jadi gampang marah...lalu marah merebak gak cuma ada di diri sendiri tapi sudah meluas ke segala bidang kehidupan...!! Gak dapet duit marah, gak menang ya marah doong, gak dilayani juga marah, gak di segerakan tuntutannya juga marah, berdiskusi apalagi berdebat juga marah...saking marahnya eeehh malah ngajak temen buat naikin level kemarahannya...biar semua orang di dunia ini tahu kalau marah itu sebuah solusi cepat mencapai keinginan...!!!

Bicara soal solusi cepat, jadi inget semboyan ‘Revolusi Mental’, saya tergelitik sekaligus gerah mendengarnya karena kata revolusi mengingatkan kondisi horor..tapi emang itu ada benarnya juga sih. Mental orang Indonesia harus segera di revolusi, kayak mental jorok, gak tertib hukum, serba instan, dan mental mata duitan kayak korupsi, pungli dan sejenisnya lalu ada lagi mental suka berkhayal alias pake narkoba, sekali lagi revolusi itu merubah keadaan secara cepat. Jadi perubahan mental mulai dari pemimpinnya sampe warga itu harus berubah jika ingin negara ini kuat dan mampu mendorong negara jadi lebih maju dan bermartabat. 

Ingatlah bahwa, kita saat ini sudah berada dalam zamannya globalisasi lho, saya kutip fenomena globalisasi dari buku Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan, penerbit Erlangga bahwa; semua proses kehidupan sudah tak nampak batas yang mengikat secara nyata dikarenakan teknologi informasi dan komunikasi yang mengakibatkan  terjadinya proses;

Arus etnis ditandai dengan mobilitas manusia yang tinggi dalam bentuk imigran, turis, pengungsi, tenaga kerja, dan pendatang. Arus manusia ini telah melewati batas–batas teritorial negara.

Contoh masuknya tenaga kerja dari Tiongkok, Maroko, Nigeria, Amerika, dan lain sebagainya, jadi gak ada lagi kata "takut atau kata mengusir orang asing" tapi kita harus siap bersaing dan pemerintah pun siap mengelola dan membuat peraturan hukum yang melindungi kesejahteraan bangsa.

Arus teknologi ditandai dengan mobilitas teknologi, munculnya multinational corporation dan transnational corporation yang kegiatannya dapat menembus batas–batas negara.

Arus keuangan yang ditandai dengan makin tingginya mobilitas modal, investasi, pembelian melalui internet, dan penyimpanan uang di bank asing.

Arus media yang ditandai dengan makin kuatnya mobilitas informasi, baik melalui media cetak maupun elektronik. Berbagai peristiwa di belahan dunia seakan-akan berada di hadapan kita karena cepatnya transfer informasi.

Arus ide yang ditandai dengan makin derasnya nilai baru yang masuk ke suatu negara. Dalam arus ide ini muncul isu-isu yang telah menjadi bagian dari masyarakat internasional. Isu-isu ini merupakan isu internasional yang tidak hanya berlaku di suatu wilayah nasional negara. (Budiyanto 150 – 151:2007) Buku;  Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Erlangga

Banyak hal yang akan terjadi dalam proses globalisasi, dari yang negatif sampe hal hal positif yang bisa dilakukan dan tentunya lebih bermanfaat. seperti berkarya dan berinovasi untuk menciptakan teknologi tepat guna sangat mungkin dilakukan, banyak potensi masyarakat  Indonesia yang mampu menciptakan teknologi atau cara mencari alternatif baru yang sangat berguna dalam bidang apapun, tentu kita berharap pemerintah mendukung masyarakat baik itu peraturan maupun memberi dukungan nyata dalam fasilitas usaha serta  teknologi tidak sebatas bentuk fisik saja.

Dan yang paling penting lagi nih, menghadapi globalisasi harus bisa  merubah pola pikir agar bisa mengimbangi pengaruh kekuatan budaya bangsa lain akibat dari arus globalisasi, kita harus bisa menguasainya atau justru kita yang akan dikendalikan. 

Kita kendalikan arus globalisasi itu dengan cara memahaminya, menganalisa nya, baru kita memanfaatkannya untuk melakukan hal positif, berkarya dan ber-inovasi dalam bidang teknologi misalnya, adalah salah satu contoh memanfaatkan arus globalisasi dan menggunakannya untuk meningkatkan potensi diri, selain berguna untuk diri sendiri, kita bisa memanfaatkan teknologi informasi ini untuk turut berperan melestarikan budaya nasional melalui media teknologi, memanfaatkan internet untuk meningkatkan potensi produk lokal agar bisa lebih dikenal, dan menciptakan berbagai teknologi atau aplikasi tepat guna untuk membantu proses perkembangan bangsa Indonesia ke depannya.

Akhirnya, dari berbagai fakta yang ada bahwa kita semua dimulai dari lingkungan keluarga "hukumnya wajib" untuk menjaga nilai nilai agama, ideologi negara dan budaya bangsa menjadi wujud JATI DIRI MANUSIA INDONESIA.

Selamat berjuang dan berkompetisi dalam kesabaran untuk menghadapi tantangan di era globalisasi. 


"Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan" 
- Soetan Syahril (5 Maret 1909 - 9 April 1966) -

By: Adm







0 komentar:

Post a Comment