Sunday, 17 July 2016

Demam Game Pokemon Go Mulai Mewabah di Indonesia.

Globalisasi adalah satu fenomena umum di mana info serta hubungan bisa dengan gampang dibuka. Globalisasi dapat disimpulkan sebagai sistem penyebaran unsur-unsur baru baik berbentuk info, pemikiran, pola hidup ataupun tehnologi dengan cara mendunia. Seperti dua mata koin yang tidak sama, globalisasi menawarkan keuntungan yang begitu besar dalam perkembangan perekonomian dan budaya  satu negara namun disisi lain ada pula dampak negatif yang diakibatkan seperti lunturnya budaya mulia lantaran serbuan budaya baru dari luar. Arus globalisasi mempengaruhi selera, ekpresi, kepercayaan, media informasi, nilai-nilai, ilmu dan pengetahuan serta tehnologi itu sendiri.

Di sisi lain, globalisasi bisa menyebabkan tantangan baru untuk seseorang. Nah, pada saat ini sudah ada satu bentuk aplikasi trend game baru dari Nintendo yang mulai mewabah di seluruh dunia termasuk Negara kita. Ini contoh tentang efek globalisasi di sektor teknologi dan budaya Dengan beragam keadaan seperti itu, diakui atau tidak, di masa globalisasi ini ada fakta yang tidak bisa disangkal, yakni ada pertarungan peradaban. Kelihatannya, budaya Barat lah sebagai pemenang dari pertarungan itu. Hal semacam ini bisa dilihat dari tanda-tandanya kalau remaja pada saat ini demikian menggandrungi budaya impor yang datangnya dari Barat. Fenomena itu memperlihatkan kalau tehnologi komunikasi lewat media masa dapat mempengaruhi pola fikir individu serta masyarakat. Hal itu membawa konsekwensi dampak yang luas biasa positif ataupun negatif.

Kita pastinya tahu kalau sekarang ini tehnologi detik demi detik selalu dimutakhirkan, begitu juga dengan beberapa produk dari tehnologi itu  mengingat pola kehidupan manusia yang makin hari makin modern di tiap-tiap bidang. Oleh karena itu, pergantian mencolok pada tiap-tiap aspek kehidupan manusia terjadi bersamaan dengan canggihnya sistim perangkat tehnologi informasi termasuk teknologi game yang berbentuk card game, puzzle dan casual game dan sekarang ini game berkonsep augmented reality (teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata, sumber;  Wikipedia.org).

Kembali ke pokok bahasan kita untuk hanya membahas soal game yang lagi trend saat ini yakni “Pokemon Go”, permainan ini pertama kali  dirilis pada 6 Juli 2016 di Amerika Serikat. Menurut pendapat beberapa kalangan masyarakat, permainan Pokemon Go mengajak penikmatnya untuk lebih aktif beraktifitas dan ini cocok untuk kultur masyarakat kota yang back groundnya kerja kantoran “duduk” dan lebih relevan lagi bagi pencegahan kegemukan atau obesitas.

Aku setuju jika tubuh yang sehat itu memang kuncinya ada pada banyaknya aktifitas bergerak  karena akan membuat banyak kalori yang akan terbakar jadi tak heran jika jawaban nya “ada manfaat”  tentang game baru ini. Cuma kita butuh juga mempertimbangkan hal kesehatan mata dan factor psikiatrik alias gangguan pikiran, perilaku dan proses mental.

Untuk kita ketahui bahwa Game Pokemon Go ini memakai konsep teknologi augmented reality. Konsep pertama augmented reality dikenalkan oleh Morton Heilig, seorang cinematographer pada tahun 1950-an. Ketika itu Augmented Reality membutuhkan sebuah alat yang besar sebagai alat output. Alat output bisa dipasang ditubuh kita (dikenal dengan nama HMD, Head Mounted Device), ada juga yang berupa monitor, seperti monitor TV, LCD, monitor ponsel, dll. Alat HMD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 oleh Ivan Sutherland dari Harvard University. Augmented reality dengan input berupa sensor GPS (Global Positioning System) atau disebut juga penyelarasan sinyal satelit diperkenalkan pada tahun 2003 dari hasil penelitian Loomis, dkk pada karya ilmiahnya Personal guidance system for the visually impaired using GPS, GIS, and VR technologies, pada tahun 1994.

Pada tahun 1996, Rekimoto dalam karya ilmiahnya Augmented Reality Using the 2D Matrix Code. In Proceedings of the Workshop on Interactive Systems and Software memperkenalkan marker 2D untuk pertama kalinya. Dua tahun kemudian AR toolkit, augmented reality library pertama kali diluncurkan oleh Kato.

Pada tahun 2009 Lab MIT(Mistry, dkk) meneliti sixth sense project dan Wear Your  World – A Wearable Gestural Interface dimana augmented reality ini di implementasikan pada kehidupan sehari-hari. Augmented Reality ini beda dengan Virtual Reality.

Virtual Reality itu yang memungkinkan pengguna bisa berinteraksi terhadap objek nyata yang disimulasikan menggunakan komputer atau handphone.  Cara kerja sistem ini: Pengguna memperhatikan suatu dunia semu, yang sebetulnya berbentuk gambar-gambar yang bersifat dinamis. Dengan media perangkat headphone atau speaker, pengguna bisa mendengar suara yang realistis. Dengan media headset, glove dan walker, semua gerakan pengguna dipantau oleh sistem kemudian sistem memberikan reaksi yang sesuai. Sehingga seolah-olah pengguna merasakan sedang berada pada situasi yang nyata, dan dapat dirasakan baik secara fisik maupun psikologis.

Contohnya, seorang calon pilot dapat menggunakan VR untuk simulasi penerbangan menggunakan komputer khusus untuk melakukan ujian.

Sedangkan Augmented Reality atau Realitas Tertambah adalah teknologi yang menggabungkan benda-benda maya (baik berdimensi 2 dan/atau berdimensi 3) dan benda-benda nyata ke dalam sebuah lingkungan nyata berdimensi 3, lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata agar terintegrasi dan berjalan secara interaktif dalam dunia nyata. berdasarkan deteksi satelit/citra, dan citra yang digunakan adalah marker. Prinsip kerjanya adalah kamera yang telah dikalibrasi akan mendeteksi marker yang diberikan, kemudian setelah mengenali dan menandai pola marker, webcam akan melakukan perhitungan apakah marker sesuai dengan database yang dimiliki. Bila tidak, maka informasi marker tidak akan diolah, tetapi bila sesuai maka informasi marker akan digunakan untuk me-render dan menampilkan objek 3D atau animasi yang telah dibuat dalam software sebelumnya.

Efek game ini terhadap kehidupan Gamer sehari hari.

Dari perilaku pengguna game ini, bahkan game game lainnya sudah menjadi bagian terpenting dari kehidupan manusia. Game ibaratnya sudah jadi kebutuhan primer dalam tatanan masyakat modern, sehingga tak heran jika putra-putri bangsa yang lahir di saat ini lebih dekat dengan Game ketimbang dengan keluarga atau lingkungan sosialitasnya. Dalam konteks game Pokemon Go tentunya efek kecanduan sudah pasti ada, sehingga akan memunculkan berbagai pendapat tentang dampak buruk dari game ini.

Seperti kita ketahui, kecanduan tentunya berefek buruk, tak perlu pakai  teori-teori modern untuk menelaah ini. Salah satu efek nyata kecanduan pada pola makan, atau malas makan dan lain sebagainya tentu sering dialami bagi mereka para pecandu game, karena konsentrasi pikiran dalam menikmati game.

Selain itu seorang gamer bisa punya masalah dengan mata dan mental, hal ini karena gamer selalu menghadapkan mata dan pikiran pada handphone. Sehingga radiasi yang dipancarkan dan emosi yang tidak terkendali  sangatlah tidak baik bagi kesehatan mata dan mental anda. Kesehatan mata akan terganggu secara tidak disadari, apalagi bagi anak kecil. Ada satu hal bahwa tak semua game itu baik, menurut penelitian yang pernah dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics—yang antara lain dilakukan di Seattle Children’s Research Institute (2011), Iowa State University (2010), dan Stanford University School of Medicine (2009), kebanyakan main game bisa mengganggu proses tumbuh kembang mental anak. Dan masih banyak efek lainya lagi yang tentunya butuh penelitian yang mendalam.

Belum lagi persoalan keamanan, jika Pokemon gamer melangkah keluar dimalam hari, apakah akan keluar untuk memburu pokemon melangkah ? Tentunya harus dipentingkan keamanan ketimbang pokemon. Efek dari game Pokemon Go juga bisa mengkhawatirkan jika game ini  mengakibatkan kecelakaan akibat para gamer sudah asyik dan kecanduan.

Initinya  ada baik buruknya segala sesuatunya itu di kembalikan  ke pribadi masing-masing terutama para orang tua mengawasi anak anak mereka. Game Pokemon Go ini, digunakan sebijaknya maka manfaat yang didapat juga sama, namun apabila berlebihan hingga kecanduan maka berbagai efek  buruknya bisa saja terjadi dan pastinya mengancam keselamatan gamer itu sendiri…!!

Semoga tulisan ini bermanfaat buat teman teman semua.




By: HM

0 komentar:

Post a Comment