Monday, 10 August 2015

Mencari Rektor yang Berkarya.

Proses pemilihan atau pencarian pemimpin perguruan tinggi, rektor sudah dimulai dikampusku. Setiap pihak berusaha menyajikan konsep pemilihan dan pencarian, aku berharap pemilihan ini harus objektif dan tidak menggunakan konsep pilkada (pilihan kepala daerah yang menggunakan mekanisme one-man/woman one vote). Akibatnya rektor terpilih dapat bersikap seperti bupati dalam era desentralisasi di Indonesia lho, lalu menciptakan perangkat yang bisa memberikan zona nyaman bagi diri calon tersebut.
Pemerintah berharap pemimpin tersebut mampu dan loyal dalam menjalankan berbagai kebijakan pemerintah nantinya. 

Loyalitas kepada pemerintah akan jadi kriteria dominan dalam mekanisme ini. Masyarakat kampus  berharap pemimpin tersebut nanti mampu memberi nilai manfaat kampusnya dan mengapresiasi  kesejahteraan masyarakat kampus. Semua ini harusnya tak ada masalah apabila pemerintah dan perguruan tinggi punya tujuan dan kerangka berpikir yang sama.

Siapa yang kita inginkan ?? mau cari yang loyalis atau populis ?
Sosok yang kita cari itu seyogianya bukanlah sekedar sosok yang loyalis atau populis, melainkan pemimpin yang berkarya, bukan berkarier. Karya yang diharapkan dari seorang pemimpin kampus? menjadikan kampus sebagai kekuatan moral yang mampu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat dan bangsa melalui kiprahnya.

Bagaimana cara memilih atau mencari pemimpin kampus ? Sebaiknya kita mencari pemimpin bukan memilih pemimpin. Sangat berbeda antara memilih dan mencari lho. Memilih artinya menetapkan dari calon yang ada atau tersedia atau mencalonkan diri atau dicalonkan, sedangkan “mencari “ artinya menemukan calon yang sesuai untuk tugas yang akan diemban. Proses yang dilakukan kampus adalah pencarian, bukan pemilihan, rektor.
Rektor atau direktur perguruan tinggi bukan pekerjaan atau jabatan karier tetapi penugasan atau jabatan yang dipercayakan.

Tugas itu dipercayakan kepada yang mampu mengembannya. Mampu dalam arti adil dalam memperlakukan dan menetapkan aturan sesama insan akademik serta mampu mengemban tugas sebagaimana mestinya.

Kita patut untuk  mempertanyakan jika seseorang menyatakan bahwa dirinya mampu dan berhasil. Sebab, kemampuan dan keberhasilan seseorang tak dapat dinilai oleh diri sendiri. Hal itu tidak obyektif dan sangat subyektif. Namun, penilaian dilakukan dan dirasakan oleh kalangan independen di luar dirinya sehingga bisa obyektif .

Untuk mendapatkan pemimpin yang dipercaya bagi sebuah institusi perguruan tinggi, pemerintah dan perguruan tinggi sebagai dua entitas terpisah harus memerankan dirinya sebagai pemangku kepentingan untuk kemajuan bangsa dan negara.  Baik pemerintah maupun perguruan tinggi bertanggung jawab mensejahterakan dalam hal taraf hidup masyarakat.Pencarian dilakukan, antara lain, dengan menelaah rekam jejak kepemimpinan dan kewibawaan akademik dari mereka yang selama ini berkiprah di bidang akademik.

Bagi yang berkompeten, panitia menanyakan kesediaan mereka untuk menjadi pemimpin kampus. Dalam hal ini tidak ada proses pendaftaran atau pencalonan diri sebagai calon pemimpin kampus. Untuk menjamin kualitas pemimpin yang akan diberi kepercayaan, panitia harus terdiri atas orang-orang yang punya integritas dan komitmen dan hanya  semata  punya pamrih terhadap kemajuan kampus.

Krisis multidimensional yang berkepanjangan. Berbagai elemen masyarakat pun mengharapkan kepastian bagaimana bangsa ini akan menghadapi kompetisi global. Karena dari berbagai indikator sosial dan ekonomi juga telah menunjukkan bahwa posisi bangsa ini makin tertinggal dari bangsa-bangsa lain dalam kompetisi global. 

Saatnya  pendidikan tinggi mencari jalan keluar bersama masyarakat menggalang upaya untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini ? Bagaimana caranya perguruan tinggi meningkatkan mutu akademiknya di tengah keterbatasan sumber daya dan kurangnya perhatian dan dukungan lingkungan ?  Ini menjadi latar belakang perlunya transformasi  visi perguruan tinggi pada era kompetisi global sekarang ini. Melakukan perubahan fundamental untuk dapat menghasilkan nilai-nilai akademik, sosial, dan ekonomi merupakan kata kunci dalam transformasi sebuah perguruan tinggi. Transformasi kelembagaan ini mencakup penyelarasan atau perancangan ulang dari strategi, struktur, sistem, stakeholders relation, staff, skills (competence), style of leadership, dan shared value. Upaya transformasi kelembagaan ini diharapkan dapat merevitalisasi peran perguruan tinggi agar mampu berperan secara optimal dalam mewujudkan academic excellence for education, for industrial relevance, for contribution for new knowledge, dan for empowerment. 

Keberhasilan transformasi pendidikan tinggi adalah faktor kuat agar perguruan tinggi dapat berkiprah dalam kompetisi global. Restrukturisasi, rekonstruksi, reposisi, dan revitalisasi berbagai fungsi serta komponen organisasi diperlukan dalam proses transformasi ini.

Munculnya kesadaran bahwa bangsa ini memerlukan perguruan tinggi yang dapat diandalkan dalam kompetisi global merupakan faktor penting dalam memulai suatu perubahan. Dalam menjawab pertanyaan mengapa perguruan tinggi di negara ini belum dapat menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi di pasar tenaga kerja global dan bagaimana pengalamannya, maka dapatlah dikatakan bahwa secara umum persoalan ini berkaitan dengan kompetensi lulusan. 

Proses belajar yang berlangsung di kampus seharusnya memberikan jaminan mutu pada ketiga faktor kompetensi knowledge, skill, dan attitude. Ketidakmampuan bersaing ini disebabkan adanya kesenjangan antara kualifikasi yang diperlukan dengan kompetensi lulusan. Selain itu, perguruan tinggi perlu mengupayakan peningkatan kemampuan pendanaan dengan bijaksana dan kreatif. Perguruan tinggi harus menghindari opini komersialisasi yang berlebihan. Dalam sektor pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Bukan sekadar untuk meningkatkan peringkat, namun lebih untuk meningkatkan kinerja dan kualitas perguruan tinggi kita. Kualitas dalam hal apa? Tentunya kualitas dalam Tri Dharma, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Namun untuk meningkatkan kualitas dalam tiga hal tersebut, kita juga perlu meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pendanaan, serta kualitas para pelakunya, yakni para dosen dan tenaga pendukung, yang akan berdampak pada kualitas lulusannya.

Untuk mewujudkan mimpi mempunyai perguruan tinggi yang berkelas  diperlukan kerja ekstra keras dan waktu. Pada saat ini, reformasi dalam pendidikan tinggi merupakan suatu keharusan. Kunci keberhasilan PT ditentukan oleh human resources, management dan infrastruktur. Kaitannya dengan profit dan public service organization. Academic leader dan manajemen leader harus dibedakan, konsep penunjukan rektor kita setuju melalui pemilihan dengan mekanisme tertentu. Penting untuk diperhatikan bahwa perubahan sistem tidak akan berarti apa-apa, tanpa disertai perubahan pelaku sistem tersebut.

Harapan kami, hendaknya pimpinan universitas dan kelompok-kelompok politik di dalam universitas jangan hanya di sibuk kan dengan kepentingan untuk pemilihan rektor saja, tapi yang harus menjadi perhatian itu bagaimana meningkatkan nilai-nilai akademik dalam pendidikan, penelitian dan pengabdian. Siklus pemilihan pimpinan yang menggunakan pendekatan politik akan mengakibatkan penggerusan nilai ilmiah di perguruan tinggi.


Rasanya penting untuk menengok ke samping dan ke belakang untuk belajar dari apa yang telah terjadi. Semoga rektor terpilih nanti adalah orang yang selalu berkarya untuk kemajuan Universitas Andalas di masa mendatang.

Motto Universitas : " Untuk Kedjajaan Bangsa".


zoel2015



0 komentar:

Post a Comment