Hidup
di dunia ini yang paling penting adalah mengerjakan sesuatu yang bermakna dan
jelas serta memberdayakan amal ibadah kita dengan demikian kita tak pernah
menyesali kehidupan ini. Jika kita melewati hidup ini dengan yang rutin biasa
saja maka hidup layaknya robot, karena ada hal lain yang lebih berdaya guna manfaat
untuk kehidupan yang kekal nanti. Pada
intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Setelah KITA
memahami makna hidup, maka langkah selanjutnya ialah menyelaraskan hidup dengan
makna tersebut. Inilah yang akan menjadikan hidup kita lebih bermakna.
Nah untuk
memberi makna dalam hidupku,beberapa hari yang lalu, setelah menyelesaikan
tugas kerja di Surabaya. Aku sempatkan untuk berkeliling kota Surabaya. Kesan ketika masuk ke kota ini
terasa suasana yang berbeda dibanding saat aku masuk kekota kelahiranku. Yang aku rasakan ketika
masuk kota surabaya ini seperti masuk ke rumah yang punya halaman besar dan bersih,
bukan seperti masuk ke dalam pasar tradisional di kota kelahiranku.sangat kontradiksi memang..Inisiatif tidak lagi dimunculkan pemerintah maupun warga kota padang untuk menata lingkungan yang nyaman dan bersih.
Surabaya telah dikenal partisipasi warganya
dalam pemeliharaan lingkungan dengan berbagai kegiatan penghijauan dan
pemilahan sampah ternyata benar yang aku
lihat dan rasakan. Aku berpikir “ini
tempat yang aku cari selama ini, kota yang nyaman untuk didiami”. Dulu pertama ke kota ini di
tahun 1999 yang kurasakan suasana panas, dan tidak nyaman alias berantakan
disana sini banyak pedagang kaki lima dan kotor. Dikatakan teman dan kolegaku
benar adanya bahwa kota ini sudah
berubah menjadi lebih bersih dan asri. Ruas jalan yang jauh dari lobang dan
debu sudah rapi dari pedagang asongan dan terasa kita berada di wilayah
perumahan cluster ini mulai diperhatikan penghijauannya.
Lalu kata temanku lagi
bahwa kesadaran membuat kota bersih ini diawali adanya Inisiatif yang dimunculkan dari pemerintah maupun warga Surabaya khususnya. Disadari
adanya kekhawatiran terhadap perubahan iklim serta kondisi lingkungan yang
semakin tidak sehat memaksa mereka untuk membenahi kota disana-sini. Jadi
ternyata soal lingkungan yang bersih masih di dominasi kata “terpaksa” tapi pada saat itu ada semangat untuk berubah menjadi yang terbaik hehehehe..
Jadi sangat penting kalau upaya perawatan yang disebut “nyinyir menghimbau warga kota“ oleh pemangku pemerintahan untuk selalu mengontrol dan
mengingatkan masyarakat untuk jaga lingkungan. Lingkungan kehidupan khususnya
di sekitar kita tidak sekedar soal trend semata, melainkan kesadaran bersama
untuk mewujud nyatakan budaya baru ramah dan peduli lingkungan. Surabaya bukan hanya kota pahlawan tapi juga kota maritim yang punya perusahaan perkapalan nasional dan sebagai pusat komando Angkatan Laut Nasional serta ditunjuk sebagai pusat poros maritim nasional.
PT.PAL |
Dalam
perjalanan keliling kota, ku tengok
ruas-ruas jalan yang mulai hijau dan dihijaukan kembali. Aku
membayangkan lagi kehidupan masa kecilku di kampung kelahiranku dulu pernah seperti
ini bersih dan asri, tapi kini kedua belah pihak tidak lagi peduli untuk bebersih. Ruas jalan hijau oleh pepohonan dan bunga taman merata di kota ini mulai dari tol bandara
atau stasion kereta lalu ke pelabuhan nusantara Surabaya.
Kutanya sama teman yang membawaku berkeliling memamerkan kotanya ini, bagaimana
visi tentang program tata ruang kotanya ini. Dia jawab bahwa ada perda kota
yang dibuat, bunyinya: Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya nomor 03
tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya pasal 35 ayat 1,
proporsi luas ruang terbuka hijau ditetapkan dan diupayakan secara bertahap
sebesar 20% dari luas wilayah kota. Luas wilayah seluruh Kota Surabaya
32.637,75 Ha artinya luasan yang harus diperuntukkan ruang terbuka hijau
sebesar 6.527,55 Ha. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota
Surabaya 2013, kondisi eksisting ruang terbuka hijau seluas 171,68 Ha. Luasan
tersebut terdiri dari 103,29 Ha taman kota, 30,64 Ha lapangan olahraga, dan
37,75 Ha makam. Ruang terbuka hijau sebesar 6.527,55 Ha tak hanya berupa hutan kota, melainkan
kawasan hijau yang berfungsi sebagai pertamanan, rekreasi, pemakaman,
pertanian, jalur hijau, resapan air hujan dan pekarangan.
Woow, ini butuh upaya kerja keras dan leadership pemerintah yang mau sepenuh hati
mencurahkan perhatiannya ke kota ini..luar biasa..kalau Surabaya di pimpin oleh
pemimpin yang tulus dan ikhlas bekerja untuk masyarakat banyak yang sekarang
ini dipimpin oleh Ibu Risma (moga pilkada di Surabaya mendapat karakter kepemimpinan
ibu Risma juga, red). Kita tahu bahwa melakukan pengelolaan ruang terbuka hijau
itu bukan semata menjadi tanggungjawab pemerintah,
tapi sektor swasta, dan warga yang bertempat tinggal di Kota Surabaya menyukseskan
dan membudayakan Lingkungan Hijau ini selama mereka hidup di Surabaya.
Sayang
banget aku sebentar berkunjung karena
banyak hal yang harus aku kerjakan di tempat lain. Perjalanan keliling kota ku
sempatkan mengunjungi Mesjid Sunan Ampel, Jembatan Merah yang terkenal itu yang
melintasi Kali Mas yang terkenal sebagai jalur masuk perdagangan di jaman kolonial.
SEMANGGI SURABAYA |
Lalu
aku sempatkan menikmati makanan khas orang Surabaya (jawa timuran), yang gak
ada dijual di daerah lain seperti Jakarta. Makanan ini unik karena menunya
mirip dengan pecel hanya saja didominasi oleh daun semanggi yang dikukus lalu
dicampur dengan kangkung, kerupuk uli, dan kecambah. Mencari menu ini juga
tidak sulit karena banyak dijual keliling yang disajikan dengan daun pisang
(dipincuk) lalu disiram dengan bumbu kacang. Memakannya gak pake sendok tapi
pake kerupuk, namanya “Semanggi Surabaya”. Ada juga rujak cingur, tahu
campur, lontong kikil, dan lontong balap wonokromo.
lontong balap |
Salah
satu warung lontong balap yang terkenal di Surabaya namanya Lontong Balap
Rajawali, di Jl. Krembangan Timur atau di sekitar kawasan bersejarah Jembatan
Merah Surabaya. Seporsi lontong balap itu terdiri atas lontong, potongan tahu
goreng, lento (makanan yang terbuat dari kacang beras dan tepung terigu
berbentuk menyerupai perkedel), taburan tauge, dan bawang goreng, kuah, sambal
petis dan kecap. akan semakin nikmat disantap dengan sate kerang (mirip
plankton) dengan segelas es kelapa muda. warung penjual hidangan khas Surabaya
ini ada di Jl. Mayjen Sungkono, dan Jl. Urip Sumohardjo, kalau kita dari
pelabuhan tanjung perak maka kita tinggal menyusuri pinggiran Kali Mas, karena
di Surabaya jalannya cenderung satu arah, katanya untuk menghindari penumpukan
kendaraan yang berakibat macet.
Akhirnya
perjalanan ini aku sudahi dengan pulang kembali ke Jakarta pada pukul 21:55 wib
dan sampai di Bandara Soetta jam 23:45 wib. Alhamdulillah dengan guyuran hujan, aku berjalan ke parkiran mobil terminal I A untuk pulang kerumah.
Aku
setuju dengan konsep sebuah kota yang kembali ke Alam ( ECO GREEN ) :
“Keselarasan
dengan alam harus mulai diciptakan, selain kita tidak kian terasing dari
segenap potensi yang dimiliki”.
Indonesia sekarang ini perlu sungguh-sungguh kembali ke
sumber daya alam, dan sumber daya apapun yang kita butuhkan, sehingga tidak
menciptakan ketergantungan baru. Produk
dan pemikiran budaya lokal dalam mengelola lingkungan perlu di populerkan
kembali, karena hidup yang kita rindukan itu kehidupan yang sesuai dengan
lingkungan budaya kita sendiri bukan budaya asing…pemimpin daerah yang sadar
dengan tanggungjawabnya sebagai leader
pembaharu dan penjaga budaya negerinya sangat kita harapkan. semoga negeri ku
bangkit menjadi MANDIRI .
Ref: zoom15
👍👍
ReplyDelete