Friday, 14 August 2015

Kota Surabaya Kini seperti Kota Padang ku di Masa yang Lalu...

Hidup di dunia ini yang paling penting adalah mengerjakan sesuatu yang bermakna dan jelas serta memberdayakan amal ibadah kita dengan demikian kita tak pernah menyesali kehidupan ini. Jika kita melewati hidup ini dengan yang rutin biasa saja maka hidup layaknya robot, karena ada hal lain yang lebih berdaya guna manfaat untuk kehidupan yang kekal nanti. Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Setelah KITA memahami makna hidup, maka langkah selanjutnya ialah menyelaraskan hidup dengan makna tersebut. Inilah yang akan menjadikan hidup kita lebih bermakna. 

Nah untuk memberi makna dalam hidupku,beberapa hari yang lalu, setelah menyelesaikan tugas kerja di Surabaya. Aku sempatkan untuk berkeliling  kota Surabaya. Kesan ketika masuk ke kota ini terasa suasana yang berbeda dibanding saat aku masuk kekota kelahiranku. Yang aku rasakan ketika masuk kota surabaya ini seperti masuk ke rumah yang punya halaman besar dan bersih, bukan seperti masuk ke dalam pasar tradisional di kota kelahiranku.sangat kontradiksi memang..Inisiatif tidak lagi dimunculkan pemerintah maupun warga kota padang untuk menata lingkungan yang nyaman dan bersih.

Surabaya telah dikenal partisipasi warganya dalam pemeliharaan lingkungan dengan berbagai kegiatan penghijauan dan pemilahan sampah  ternyata benar yang aku lihat dan rasakan.  Aku berpikir “ini tempat yang aku cari selama ini, kota yang nyaman  untuk didiami”. Dulu pertama ke kota ini di tahun 1999 yang kurasakan suasana panas, dan tidak nyaman alias berantakan disana sini banyak pedagang kaki lima dan kotor. Dikatakan teman dan kolegaku benar adanya bahwa kota ini sudah berubah menjadi lebih bersih dan asri. Ruas jalan yang jauh dari lobang dan debu sudah rapi dari pedagang asongan dan terasa kita berada di wilayah perumahan cluster ini mulai diperhatikan penghijauannya.

Lalu kata temanku lagi  bahwa kesadaran  membuat kota bersih ini diawali adanya Inisiatif yang dimunculkan dari pemerintah maupun warga Surabaya khususnya. Disadari adanya kekhawatiran terhadap perubahan iklim serta kondisi lingkungan yang semakin tidak sehat memaksa mereka untuk membenahi kota disana-sini. Jadi ternyata soal lingkungan yang bersih masih di dominasi kata “terpaksa” tapi pada saat itu ada semangat untuk berubah menjadi yang terbaik hehehehe.. Jadi  sangat penting kalau  upaya perawatan  yang disebut “nyinyir menghimbau warga kota“  oleh pemangku pemerintahan untuk selalu mengontrol dan mengingatkan masyarakat untuk jaga lingkungan. Lingkungan kehidupan khususnya di sekitar kita tidak sekedar soal trend semata, melainkan kesadaran bersama untuk mewujud nyatakan budaya baru ramah dan peduli lingkungan. Surabaya bukan hanya kota pahlawan tapi juga kota maritim yang punya perusahaan perkapalan nasional dan sebagai pusat komando Angkatan Laut Nasional serta ditunjuk sebagai pusat poros maritim nasional.
PT.PAL

Dalam perjalanan keliling kota, ku tengok  ruas-ruas jalan yang mulai hijau dan dihijaukan kembali. Aku membayangkan lagi kehidupan masa kecilku di kampung kelahiranku dulu pernah seperti ini bersih dan asri, tapi kini kedua belah pihak tidak lagi peduli untuk bebersih. Ruas jalan hijau oleh pepohonan dan bunga taman merata di kota ini mulai dari tol bandara atau stasion kereta lalu ke pelabuhan nusantara Surabaya.

Kutanya sama teman yang membawaku berkeliling memamerkan kotanya ini, bagaimana visi tentang program tata ruang kotanya ini. Dia jawab bahwa ada perda kota yang dibuat, bunyinya: Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya nomor 03 tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya pasal 35 ayat 1, proporsi luas ruang terbuka hijau ditetapkan dan diupayakan secara bertahap sebesar 20% dari luas wilayah kota. Luas wilayah seluruh Kota Surabaya 32.637,75 Ha artinya luasan yang harus diperuntukkan ruang terbuka hijau sebesar 6.527,55 Ha. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Surabaya 2013, kondisi eksisting ruang terbuka hijau seluas 171,68 Ha. Luasan tersebut terdiri dari 103,29 Ha taman kota, 30,64 Ha lapangan olahraga, dan 37,75 Ha makam.  Ruang terbuka hijau sebesar 6.527,55 Ha  tak hanya berupa hutan kota, melainkan kawasan hijau yang berfungsi sebagai pertamanan, rekreasi, pemakaman, pertanian, jalur hijau, resapan air hujan dan pekarangan.

Woow, ini butuh upaya kerja keras dan leadership pemerintah yang mau sepenuh hati mencurahkan perhatiannya ke kota ini..luar biasa..kalau Surabaya di pimpin oleh pemimpin yang tulus dan ikhlas bekerja untuk masyarakat banyak yang sekarang ini dipimpin oleh Ibu Risma (moga pilkada di Surabaya mendapat karakter kepemimpinan ibu Risma juga, red). Kita tahu bahwa melakukan pengelolaan ruang terbuka hijau itu bukan semata menjadi tanggungjawab  pemerintah, tapi sektor swasta, dan warga yang bertempat tinggal di Kota Surabaya menyukseskan dan membudayakan Lingkungan Hijau ini selama mereka hidup di Surabaya.

Sayang banget aku  sebentar berkunjung karena banyak hal yang harus aku kerjakan di tempat lain. Perjalanan keliling kota ku sempatkan mengunjungi Mesjid Sunan Ampel, Jembatan Merah yang terkenal itu yang melintasi Kali Mas yang terkenal sebagai jalur masuk perdagangan di jaman  kolonial.

SEMANGGI SURABAYA
Lalu aku sempatkan menikmati makanan khas orang Surabaya (jawa timuran), yang gak ada dijual di daerah lain seperti Jakarta. Makanan ini unik karena menunya mirip dengan pecel hanya saja didominasi oleh daun semanggi yang dikukus lalu dicampur dengan kangkung, kerupuk uli, dan kecambah. Mencari menu ini juga tidak sulit karena banyak dijual keliling yang disajikan dengan daun pisang (dipincuk) lalu disiram dengan bumbu kacang. Memakannya gak pake sendok tapi pake kerupuk, namanya “Semanggi Surabaya”. Ada juga rujak cingur, tahu campur, lontong kikil, dan lontong balap wonokromo.

lontong balap 
Salah satu warung lontong balap yang terkenal di Surabaya namanya Lontong Balap Rajawali, di Jl. Krembangan Timur atau di sekitar kawasan bersejarah Jembatan Merah Surabaya. Seporsi lontong balap itu terdiri atas lontong, potongan tahu goreng, lento (makanan yang terbuat dari kacang beras dan tepung terigu berbentuk menyerupai perkedel), taburan tauge, dan bawang goreng, kuah, sambal petis dan kecap. akan semakin nikmat disantap dengan sate kerang (mirip plankton) dengan segelas es kelapa muda. warung penjual hidangan khas Surabaya ini ada di Jl. Mayjen Sungkono, dan Jl. Urip Sumohardjo, kalau kita dari pelabuhan tanjung perak maka kita tinggal menyusuri pinggiran Kali Mas, karena di Surabaya jalannya cenderung satu arah, katanya untuk menghindari penumpukan kendaraan yang berakibat macet.

Akhirnya perjalanan ini aku sudahi dengan pulang kembali ke Jakarta pada pukul 21:55 wib dan sampai di Bandara Soetta jam 23:45 wib. Alhamdulillah dengan guyuran hujan, aku berjalan ke parkiran mobil terminal I A untuk pulang kerumah.

Aku setuju dengan konsep sebuah kota yang kembali ke Alam ( ECO GREEN ) :

“Keselarasan dengan alam harus mulai diciptakan, selain kita tidak kian terasing dari segenap potensi yang dimiliki”.

Indonesia sekarang ini perlu sungguh-sungguh kembali ke sumber daya alam, dan sumber daya apapun yang kita butuhkan, sehingga tidak menciptakan ketergantungan baru. Produk dan pemikiran budaya lokal dalam mengelola lingkungan perlu di populerkan kembali, karena hidup yang kita rindukan itu kehidupan yang sesuai dengan lingkungan budaya kita sendiri bukan budaya asing…pemimpin daerah yang sadar dengan tanggungjawabnya sebagai  leader pembaharu dan penjaga budaya negerinya sangat kita harapkan. semoga negeri ku bangkit menjadi MANDIRI .



Ref: zoom15

1 komentar: