Saturday, 2 May 2015

Bekerja Bagi Manusia Lebih Dari Sekedar Cari Nafkah

Bekerja Bagi Manusia Lebih Dari Sekedar Cari Nafkah, kehidupan manusia mengalami perubahan yang sangat drastis dan sulit dibayangkan sebelumnya. Selama ribuan tahun sebelumnya, cara memproduksi makanan, pakaian dan rumah, relatif tidak berobah. Kemudian sejak tahun 1800-an, dengan derap yang makin lama makin cepat, manusia telah menemukan mesin uap, alat tenun benang kapas, lokomotif, telegrap, mobil, pesawat udara, radio, tenaga atom, penjelajah ruang angkasa, dan terakhir adalah teknologi komputer dan telekomunikasi melalui satelit.  Disamping itu masih ada sebagian besar orang memiliki dan mengerjakan pertanian sendiri dan pada masa panen, saling menerima uluran tangan para tetangga. Keluarga bagi mereka   merupakan kedaulatan menentukan waktu  kegiatan dan sumber daya yang digunakan (basic economic unit). Ayah bekerja di ladang, ibu mengolah pangan, memasak, memintal benang , membuat pakaian dan membersihkan rumah. Motivasinya jelas, jika malas, keluarganya sendiri yang akan menderita.Dalam hal menularkan ketrampilan kerja maka yang lebih tua mendidik yang lebih muda, tentang segala hal yang diketahuinya dan mereka sama-sama mengerjakan pekerjaan yang sama. Setelah pekerjaan selesai, pekerja dapat menyaksikan barang yang hampir semua bagian ikut dia kerjakan. Dia dapat membanggakan keterampilannya melaui barang tersebut.

Demikianlah cara sebagian orang mencari nafkah pada era sebelum revolusi industri, walaupun sebagian orang ada yang bekerja sebagai budak perkebunan atau buruh tani
Revolusi Industri tidak hanya merupakan revolusi dalam bidang teknologi produksi, akan tetapi perobahan pola dan metode produksi, telah mengakibatkan perubahan dalam bidang hubungan antar manusia. Dengan meningkatnya kerumitan teknologi, setiap orang semakin tergantung pada orang lain, dan setiap pekerjaan harus dilakukan bersama-sama dengan orang lain, sehingga masalah kerjasama menjadi lebih penting.
Beda dengan sekarang, bentuk pekerjaan sudah mengarah ke spesialisasi dikarenakan setiap bagian pekerjaan membutuhkan penjabaran dan skill tersendiri agar mutu pekerjaan tersebut lebih baik. spesialisasi  bisa memberikan keuntungan besar, tapi, juga menimbulkan banyak kerugian, berupa kebosanan dan hilangnya perasaan pentingnya arti seorang sebagai  individu, rasa keberhasilan membuat suatu barang dan kebanggaan atas pekerjaan.
Lebih lanjut, pekerja merasa terbelenggu oleh proses kerja yang tercipta di luar kehendak mereka. Bagian Teknik Industri ( Production Engineering ) sering kali menentukan  detail pekerjaan mereka, karena itu, pekerja kehilangan kesempatan untuk memperlihatkan inisiatif atau menjadi sumber upaya/ide baru. Spesialisasi mempertajam garis pemisah antara pekerja dengan pengelola usaha.
Spesialisasi juga ikut berkembang didalam sistim manajemen. Dari seorang pemilik yang sepenuhnya memegang kendali atas seluruh aspek di dalam usahanya , dan si pekerja di tingkat paling bawah. Si pekerja terkadang mengeluh “Setiap orang dimintai pendapat, kecuali saya. Saya hanya melaksanakan perintah mereka”
Pekerja masa kini, kecil kemungkinannya untuk menjadi majikan bagi dirinya sendiri, sebagaimana nenek moyangnya dalam berusaha.Inilah penyebab hilangnya kesempatan bagi kebanyakan orang untuk menjadi usahawan yang mandiri (ndependen), maka kesempatan untuk maju yang ada peluang untuk  promosi di dalam perusahaan tempatnya bekerja. Lima puluh tahun yang lalu, seseorang yang pintar dan ambisius, dapat berharap akan menanjak dari seorang tukang sapu menjadi presiden direktur. Sekarang, dengan semakin rumitnya teknologi dan problem  dunia usaha, peluang bagi orang non akademis, semakin semakin terbatas.
Dalam masyarakat sederhana seperti masa sebelum revolusi industri, jarang terjadi perubahan. Tapi kini, industri modern menjadi sasaran perubahan yang terus menerus. Perubahan itu sendiri menimbulkan dua masalah,
1, Manusia yang menolak perubahan, terutama bila dipaksakan. Pemberian motivasi akan menjadi lebih rumit.
2. Makin sedikit hal yang bisa dibiarkan berjalan secara rutin. Akibatnya, pengalaman atau keterampilan dari pekerjaan sebelumnya, semakin tidak bernilai.

Singkatnya, revolusi industri telah menghasilkan kemudahan dalam hidup manusia, tetapi pada sisi lain, memperkecil kenyamanan dan kepuasan manusia yang diperoleh dari pekerjaannya.Bila pemenuhan kebutuhan (kepuasan) dilakukan melalui pekerjaan, maka para pekerja akan bekerja keras. Makin giat mereka bekerja, makin besar kepuasan mereka. Sampai suatu batas tertentu, kebutuhan phisik terpuaskan di luar pekerjaan, kebutuhan sosial terpuaskan melalui hubungan pribadi di sekitar pekerjaan, sedangkan kebutuhan ego terutama terpuaskan melalui pekerjaan. Tetapi tentunya ada banyak pengecualian atas “kaidah” ini. Misalnya, status /jabatan  adalah kebutuhan sosial, tetapi diperoleh melalui pekerjaan bilamana mendapat jabatan penting. Status tersebut dinikmati baik di luar pekerjaan maupun di dalam pekerjaan. Beda dengan seorang wiraniaga ,mereka dapat memenuhi kebutuhan sosialnya melalui pekerjaan, semakin sering dia menawarkan dagangannya makin besar pula peluangnya untuk bertemu dengan orang lain.
Dengan mengingat hal-hal di atas, sekarang kita tinjau berbagai bentuk pemuasan kebutuhan yang diperoleh dari pekerjaan.

Tanyalah pada seseorang, mengapa dia bekerja. Umumnya mereka menjawab “untuk mencari uang”. Memang kebutuhan mencari nafkah berupa uang adalah alasan satu-satunya yang paling kuat mendorong orang untuk bekerja, walaupun sebagaimana yang dapat kita lihat, rangsangan yang bukan berbentuk uang juga adalah penting.Uang dapat memuaskan hampir segala jenis kebutuhan. tetapi status sosial dalam masyarakat juga tergantung pada besarnya penghasilan seseorang. Lalu, dengan memiliki penghasilan yang baik, banyak orang merasa kebutuhan ego, yaitu rasa sukses, juga telah terpenuhi.  Namun, sebagian orang menolak promosi dengan gaji yang lebih besar, karena promosi “terlalu” banyak tanggung jawab. ( enaknya gaji gede,tanggung jawab sedikit itu baru mantaap !! hehehehe... ).
Walaupun dalam lingkungan masyarakat penghasilan mungkin hanya menjadi ukuran kasar untuk status, tetapi di dalam pekerjaan, uang menjadi alat ukur yang paling tepat akan pentingnya suatu pekerjaan. Bahkan, selisih sebesar satu sen pun dalam upah, dapat mempunyai arti penting.
The National War Labor Board mengatakan, “tidak ada satu faktor pun dalam seluruh bidang hubungan kerja yang lebih merusak semangat kerja, menciptakan ketidak puasan individu, mendorong kemangkiran, mempertinggi tingkat keluarnya karyawan, dan menghambat produktivitas, selain dari perbedaan yang jelas-jelas tidak adil dalam tingkat upah..”.( ini masalahnya yang sering terjadi untuk urusan kesejahteraan ) karena berkaitan  juga dengan Rasa Aman dan Kepastian Pekerjaan yang dia lakukan saat ini . Maka timbullah dorongan  untuk membentuk Serikat Kerja, lalu masalah yang paling serius pada hubungan atasan dan bawahan, serta  ketakutan akan perubahan teknologi, semua bersumber dari  kebutuhan akan rasa aman.
Orang belum cukup puas dengan terpenuhinya kebutuhan phisik dari hari ke hari, setiap orang ingin kepastian bahwa kebutuhan tersebut akan tetap terpenuhi di masa mendatang.
Manusia adalah mahluk sosial, menginginkan  persahabatan, tidak berbahagia bila ditinggal sendirian atau terasing dari lingkungannya. Manusia selalu berusaha bergaul karena haus dan butuh komunitas. Terutama bagi pekerja yang tidak memperoleh kepuasan dalam rumah tangganya, pekerjaan memberikan sebagian besar kepuasan akan kebutuhan sosial mereka.
Karena senda gurau (canda) sosial  maka banyak pekerjaan jadi dapat dipikul . Bila tidak ada lagi pembicaraan yang konstruktif (bermanfaat), masalah kecil dapat dibesar-besarkan dan kebosanan dan atau kejenuhan dapat disalurkan dengan saling menyebarkan isu  dan gosip ringan.
Pekerjaan sering memuaskan kebutuhan sosial lain disamping kebutuhan akan persahabatan. Bergabung dalam suatu kelompok khusus, memberikan suatu rasa identifikasi dan keikut sertaan pada pekerja, dan mereka memaksakan terbentuknya “kelompok informasl” walaupun terkadang harus menghadapi tantangan manajemen. Bila mereka tidak dapat mencapai identifikasi tadi, pekerjaan menjadi kurang menggairahkan. Memang ada bukti bahwa pekerja yang bergabung dalam kelompok kerja kecil dan terpadu, mempunyai semangat yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang bekerja sendiri atau mereka yang bekerja diantara kelompok yang besar, dengan siapa mereka mempunyai hubungan yang kurang akrab.
Hanya dengan bekerjasama saja, atau bergotong royong, sudah membantu membangkitkan semangat kerja. Kebanyak orang, senang membantu orang lain. Juga pada saat kita membutuhkan, kita merasa senang bila dibantu oleh orang lain.Rangkaian kebutuhan sosial lainnya, berkembang dari hubungan antara bawahan dan atasannya. Biasanya bawahan ingin diperhatikan dan diperlakukan secara adil. Ia mengharapkan dengar pendapat yang adil, bila pada dasarnya atasan telah mengambil keputusan yang keliru, dan dia ingin memperoleh hak untuk mengajukan pendapat.
Umumnya orang akan merasa senang mendapat pujian bila mereka mengerjakan sesuatu dengan baik. Pekerja juga mengharapkan pengakuan dari atasannya. Akhirnya, ia ingin mengetahui posisinya.
Contoh : “Ada suatu hal yang aneh. Saya bekerja sepanjang hari di pabrik, kemudian saya pulang, dan apa yang saya lakukan ?. Saya bekerja lagi di rumah , saya senang mengerjakan sesuatu dengan tangan saya sendiri. Aneh,hal  itu juga yang saya lakukan di pabrik, tetapi saya kok merasa berbeda ya ??. Sebab di rumah, saya menjadi majikan sendiri --- dan itu betul-betul nikmat juga bebas tanpa beban ”.
Kebanyakan orang suka menjadi majikan bagi dirinya sendiri. Tetapi dalam industri modern hanya sedikit pekerja yang benar-benar memiliki perasaan ini. Proses spesialisasi telah mengakibatkan individu pekerja kehilangan kebebasan untuk merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaan sendiri. Akibatnya, banyak pekerja kehilangan kesempatan akan spontanitas dan kreativitas .Bila standar kehidupan meningkat, sehingga rasa aman sudah terjamin, maka kebutuhan sosial menjadi prioritas utama, diikuti oleh kebutuhan ego. Akhirnya, menurut hipotesa ini, hanya bila sebagian besar dari kebutuhan yang kurang mendesak ini sudah terpuaskan, barulah individu beralih pada bentuk kebutuhan yang tertinggi, yaitu keberhasilan dan aktualisasi diri, yang dilukiskan sebagai “keinginan untuk menjadi…………. segalanya yang mampu dicapai seseorang”, untuk memanfaatkan potensinya dengan sebaik-baiknya.
Bahwa manusia dewasa (mature) membutuhkan pemuasan-pemuasan ego dan aktualisasi diri dalam kadar yang tinggi dari pekerjaan mereka. Proses menjadi dewasa meliputi kesediaan menerima semakin banyak tantangan dan otonomi, dan menjadi semakin tidak tergantung pada orang lain.Mereka yang tidak mendapat kesempatan ini (khususnya yang tidak mampu menyatakan diri mereka secara berarti melalui pekerjaan), tidak pernah mencapai kematangan psikologis. Karena rata-rata orang menghabiskan hampir sepertiga waktunya dengan bekerja, maka, bilamana pekerjaan tersebut tidak memberikan tantangan dan otonomi diri, dia mungkin akan mengalami frustrasi besar, sehingga merugikan dirinya
Saat ini, sikap terhadap pekerjaan sangat berbeda-beda diantara kelompok kelompok kerja. Untuk sebagian orang, “kerja sekarang merupakan urusan utama dalam kehidupan” dan fungsi utama rekreasi adalah untuk memulihkan tenaga agar dapat bekerja lebih banyak. Jelas tapi, pusat perhatian dalam kehidupan sebagian orang lainnya bukanlah pekerjaan mereka (yang menganggap pekerjaan adalah “sekedar cara untuk mencari nafkah”), melainkan rumah tangga (keluarga) atau lingkungan mereka. Orang-orang semacam itu banyak mendapat tantangan, kreativitas dan otonomi dalam membangun keluarga, mengejar sesuatu hobi, atau mengambil bagian dalam urusan-urusan masyarakat/sosial.
Lebih lanjut, sekarang dalam banyak pekerjaan orang menghabiskan waktu di tempat kerjanya lebih singkat dibandingkan masa lampau.Pekerjaan seseorang adalah salah satu di antara berbagai kegiatan terpenting (bila bukan yang paling penting) dalam kehidupannya. Mereka yang tidak mendapat pekerjaan yang memuaskan, jarang mempunyai kehidupan yang benar-benar memuaskan. Pekerjaan yang tidak memuaskan dalam banyak keadaan, dapat mengakibatkan produktivitas yang rendah dan perselisihan hubungan kerja.
Demikianlah pembaca, pekerjaan bagi manusia itu penting namun kebebasan mengambil bagian dalam urusan sosial  masyarakat lebih banyak tantangan mencapai kebahagiaan.

by; KCD

0 komentar:

Post a Comment