Tuesday 12 July 2011

Wahai Suami- Suami Jangan Egois yaaa.!!!...

Ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh seorang suami, agar tidak jadi suami yang egois dan mau menang sendiri :
1. Keluarga adalah rakyat pertama yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
2. Keluarga adalah sel-sel utama dalam pembentukan masyarakat, kesalehan mereka akan  sangat menentukan kesalehan masyarakat pada umumnya.
3. Keberhasilan da’wah keluarga akan sangat menunjang keberhasilan da’wah di masyarakat, dan kegagalan da’wah di keluarga akan menjadi hambatan bagi keberhasilan da’wah di masyarakat.
4. Ruang terkecil dalam penegakan syari’ah Allah, setelah seseorang mensalehkan dirinya sendiri.


Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.
[HR. Bukhari].

Kadang  suami salah megerti dengan yang di maksud ibu / istri itu madhrosatun, karena kalaupun ibu / istri madhrosatun, bukan berarti si Ibu/ istri harus mengurus anak-anaknya sendiri, sementara suaminya beruncang-uncang kaki karena merasa sudah bekerja dan mempunyai kesibukan lain.

Tidak seperti itu yang di ajarkan Oleh Rosulullah SAW.

Mentarbiyah istri agar si istri jadi sholehah dan ibu yang baik dalam mendidik anak-anaknya yang kelak akan meneruskan dakwah dan perjuangan orang tuanya, kalau saja para suami melakukan kewajibannya dengan baik terhadap istri dan anak-anaknya, serta mendidknya dengan penuh kasih sayang dan cinta, serta menghargai semua jerih payah istrinya.

Janganlah jadi suami egois, jangan mentang-mentang jadi pemimpin di dalam rumah tangganya, maka dia semena-mena melakukan apa saja sepuas hatinya,... jangan wahai para suami..:, karena rumah tangga mu, anak dan istri mu adalah amanah yang sangat berat yang kelak akan kau pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT kelak.

Jadilah pemimpin yang adil, yang bijaksana dan yang dapat mengerti apa yang di inginkan bawahan. Hidup saling menghargai dan saling mencintai itulah yang utama, karena Rosulullah sendiri adalah seorang pemimpin yang adil dan bijaksana.


Didiklah anak dan istrimu sesuai zamannya, karena tidak semua wanita bisa langsung memahami apa yang menjadi kewajiban sebagai seorang istri, mereka perlu pendidikan yang baik, maka ketika kau menikahinya, berarti kau telah mengambil alih penjagaan dan pendidikkan yang selama ini istrimu dapatkan dari kedua orang tuanya. Jadilah suami yang selalu menghargai jerih payah istri, dalam kehidupan berumah tangga.

Seperti halnya Khalifah Umar bin Khotob :
Suatu ketika ada seorang pria datang menemui Amirul ‎Mukminin Umar bin Khaththab. Dia ingin mengadukan perilaku ‎istrinya yang tidak disukai. Sesampai di depan pintu rumah ‎Umar, pria tadi mendengar Umar sedang dimarah-marahi oleh ‎istrinya. Urung saja, dia menemui Umar. Pria tadi langsung ‎berbalik pulang.

Namun Umar memanggilnya. Umar bertanya, ‎‎"Ada apa?"
Pria tadi menjelaskan, "Istriku memiliki ‎perilaku yang tidak kusukai. Kemudian aku datang ingin ‎mengadukan padamu. Namun, begitu aku melihat engkau ‎dimarahi istrimu, aku tidak jadi mengadukannya. Sebab ‎khalifah saja mengalaminya. " Umar menjawab, "Kita harus ‎hargai istri kita. Dia lelah mengurus kita dan anak-anak ‎kita."
(dikutip dari buku Be a great husband karya 'Isham ‎bin Muhammad Asy-Syarif)

Karena istri kita itulah yang punya andil sangat besar saat itu, demi keberhasilan dakwah kita dan kerja kita, istri kita itu yang banyak mendukungnya saat kita masih dibawah, maka ketika kita sudah diatas, ingat selalu semua hasil kerja kerasnya dan pengertiannya, maka ketika kita menghargainya, dia juga akan menghargai keinginan kita.

Mungkin adakalanya kesiapan istri kita tidak seratus persen, bisa jadi sayang dan cintanya akan berkurang, disinilah tugas kita untuk memberi pemahaman dan mendidiknya dengan baik. 

Bukankah suami yang seperti ini yang menjadi dambaan para istri.

Wallahu´alam bishawab..

write by: Hedy Grania

0 komentar:

Post a Comment