Paradoks, ketika kita harus menerima
kenyataan kadang masih lebih baik dibanding menjadi galau karena diguncang oleh
pilihan yang dihadirkan kenyataan.
Kenyataan
tetaplah sesuatu yang harus kita hargai, lebih dari menghargai keputusan
presiden. Karena, kenyataan adalah keputusan dari yang Maha Kuasa.
Penerimaan
terhadap kenyataan kadang mengharuskan kita mengabaikan perasaan-perasaan yang
ada didalam hati kita sendiri.
Perasaan
yang seperti sedang konflik dilema,dan tarik menarik antara pengaruh malaikat
dan iblis disaat kita menghadapi kenyataan.
Meskipun
menghadapi kenyatan kadang seperti sebuah pilihan, menghindarinya adalah
pilihan yang dirasa kurang bijak.
Menghadapi
kenyataan adalah sebuah keputusan yang harus diambil – walau kadang pedih –
ketika kita ingin belajar menjadi orang yang diluar kebiasaan.
Dominannya
kenyataan menjadi begitu identik dengan momentum atau peristiwa yang kurang
menyenangkan di kehidupan dunia.
Kita
meminta kepada-Nya,tapi kadang kita sendiri seperti tidak pernah memahami apa
yang kita pinta.
Kembali
berpegang teguh kepada petunjuk-Nya adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan
petunjuk-Nya.
Dengan
‘kawah candradimuka’ kepedihan yang sementara itulah, di waktu yang tepat nanti
kita (semoga) akan merasakan manisnya kebahagaiaan dari sebuah kemenangan,
kemenangan atas penaklukan diri sendiri.
Semoga…!
0 komentar:
Post a Comment