Tiga Hal yang Mengubah Manusia.
Menurut Ratih Ibrahim, psikolog dari Personal Growth, sifat dasar manusia
sebetulnya tak akan banyak berubah. Sifat dasar adalah sifat bawaan di mana
pemiliknya merasa paling nyaman di dalamnya. Sifat dasar juga tidak bisa
dinilai positif atau negatif. Sebagai contoh, seseorang yang pada dasarnya
tak suka banyak bicara, meskipun pada saat-saat tertentu ia bisa saja fasih
bicara –misalnya dalam rapat atau saat presentasi-- ketika kembali ke rumah,
biasanya ia akan kembali ke sifat aslinya yang pendiam. Karena pada dasarnya ia
memang lebih nyaman berdiam diri daripada berbicara. Sebaliknya, seseorang yang
dasarnya periang, ekstrovert dan senang ngobrol, kemungkinan besar akan stres
berat bila diharuskan duduk manis dan tutup mulut selama lebih dari satu
jam.Yang bisa berubah, termasuk secara drastis, adalah kemasan luar, sikap,
serta cara berpikir kita. Antara lain penampilan fisik, sikap,
kematangan, wawasan, dan ideologi.
Lantas, mengapa seseorang akhirnya
memutuskan untuk berubah atau mengubah dirinya? Ratih mengungkapkan, ada banyak
faktor yang mendorong seseorang menuju perubahan itu. Antara lain:
Trauma
atau pengalaman buruk di masa lalu yang terus menghantui
Dalam hal ini termasuk rasa dendam,
iri, atau sakit hati yang sebelumnya hanya bisa Anda pendam sendiri di dalam
hati. Misalnya, saat duduk di SMA, ketika Anda naksir seorang pria teman
sekelas yang tampan dan pintar, sang pria idaman ternyata lebih memilih teman
Anda yang cantik dan lincah, ketimbang Anda yang cerdas tapi berpenampilan
fisik biasa-biasa saja. Jangankan perhatian Anda ditanggapi oleh si pria,
dilirik sedikit pun tidak.
Atau, diam-diam Anda menyimpan rasa
iri melihat teman-teman sekelas memakai sepatu dan tas bermerek ke sekolah.
Anda ingin sekali memiliki semua barang mahal itu agar 'diakui' sebagai bagian
dari geng populer di sekolah. Tapi apa daya, orang tua Anda berekonomi
pas-pasan.
Semua rasa tidak puas dan sakit hati
itu lantas melekat di hati Anda, sehingga menimbulkan obsesi dan rasa 'dendam',
yang suatu saat ingin Anda lampiaskan entah dengan cara apa. Anda jadi terpacu
untuk membuktikan diri bahwa suatu hari nanti Anda bukan lagi seorang 'anak
itik buruk rupa' atau 'anak miskin' yang tidak diperhatikan siapa pun.
Obsesi
Mungkin ketika kecil Anda
terkagum-kagum melihat tante Anda –yang bekerja sebagai pramugari-- sering
wira-wiri ke luar negeri, sementara Anda sendiri ke luar kota saja jarang.
Atau, Anda sering membaca kisah dan perjuangan hidup tokoh-tokoh terkenal
dengan segala kehebatannya –berikut cara mereka meraih semua impian
mereka-- yang membuat Anda terkagum-kagum dan terinspirasi. Rasa kagum
itulah yang akhirnya menimbulkan dorongan untuk melakukan perubahan dalam diri
Anda dan mulai meraih mimpi-mimpi Anda.
Cobaan
hidup
Sejak kecil hingga menikah beberapa
tahun,hidup Anda bak putri raja.Orang tua berada, suami penuh-perhatian,
keuangan mantap, karier lancar. Namun, ketika anak-anak lepas balita, suami Anda
lumpuh total akibat suatu kecelakaan. Karena orang tua sudah meninggal, Anda
harus turun tangan sendiri mengatasi berbagai masalah kehidupan.Mulai dari
mencari nafkah untuk keluarga, mendidik anak-anak, merawat suami, hingga
mencari cara untuk menghibur diri sendiri.Semua cobaan itu perlahan-lahan
mengubah diri Anda, dari semula putri raja yang manja menjadi wanita yang tegar
dan tangguh.
Ketiga faktor di atas memang bisa memberi pengaruh yang berbeda-beda pada
setiap orang. Bagi sebagian orang, akan membuat mereka terdorong bahkan terpacu
untuk berubah ke arah yang positif.
Tapi bagi sebagian lagi justru ke arah
sebaliknya. Misalnya, mereka malah menjadi frustrasi, apatis, atau
terjerumus ke perbuatan-perbuatan negatif yang merusak diri sendiri,misalnya
menjadi pecandu narkoba. Atau, terdorong untuk meraih kekayaan dengan
cara instan meskipun harus melanggar hukum dan moral. atau melakukan tindakan
korupsi. Sesuai judul diatas, Sifat seseorang itu bisa berubah karena suatu
hal, dan tidak akan berubah karena tidak ada suatu hal. Artinya bahwa sifat itu
dipengaruhi oleh yang namanya interaksi tanpa interaksi manusia itu tidak akan
berubah sifat. Dan itulah kenapa manusia bersifat
berubah. Mungkin sebagian manusia akan bisa mengambil hikmah dari
kesia-sian usaha itu. Karena mereka tahu betul bahwa merubah sifat jelek itu
perlu adanya.
0 komentar:
Post a Comment