Sunday 29 December 2013

Sikap Hedonisme salah satu faktor menjadi Koruptor.

Faktor penyebab sikap hedonisme ini banyak dipengaruhi dari lingkungan dan pendidikan keluarga di waktu usia dini dan secara psikologis akan tertanam didalam pikiran,dan pada saatnya nanti akan bertemu dengan kondisi lingkungan secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang, yang sudah menjadi ciri/karakter pribadinya.
Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya atau kewajibannya sebagai anggota masyarakat.Korupsi itu sebenarnya sebuah perilaku yang menyimpang,hampir sebagian masyarakat di Indonesia.Anak di-manjakan oleh orangtua dengan materi,anaknya tdk dibiasakan atau membiasakan hidup untuk bersikap mandiri dan keteladanan dalam hal semangat budaya kerja (transfer of value).Keluarga adalah `sokoguru' suatu negara.Memanjakan dengan materi berakibat pola pikir mereka semua hal mudah untuk dibeli dan sampai mereka menganggap pemberian materi adalah ungkapan kasih sayang orangtua,yang akhirnya bila materi yang mereka inginkan tidak dikabulkan orangtuanya berarti orangtua tidak menyayangi mereka,Kita gak tahu apa yang melatar belakangi sikap masyarakat yang sudah membudayakan pemahaman bahwa hakikat sukses hidup itu lebih kepada materi atau kekayaan.

Menjadi Kaya itu tidak dilarang Tuhan.Kalau kita maknai dengan cara pandang agama,manusia akan percaya bahwa sesungguhnya kekayaan tidak selalu berwujud harta benda.Kekayaan yang sebenarnya tidak selalu diukur dengan besarnya angka-angka materi.Keluasan hati saat seorang hamba mampu menekan hawa nafsunya, bersikap menerima dan mensyukuri apa yang ada( sikap qana'ah)Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam nyatakan sebagai kekayaan yang sebenarnya.
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Kekayaan bukanlah banyak harta benda, akan tetapi kekayaan adalah kekayaan hati.” (Hadis riwayat Bukhari Muslim)
Ibnu Baththal berkata, “Hadis ini bermakna bahwa kekayaan yang hakiki bukan pada harta yang banyak. Karena, banyak orang yang Allah luaskan harta padanya namun ia tidak merasa cukup dengan pemberian itu, ia terus bekerja untuk menambah hartanya hingga ia tidak peduli lagi dari mana harta itu didapatkan, maka, sesungguhnya ia orang miskin, disebabkan karena ambisinya yang sangat besar.”
Oleh karena itu kekayaan sesungguhnya adalah kekayaan jiwa. Orang yang merasa cukup dengan pemberian Allah, tidak terlalu berambisi untuk menambah hartanya dan terus-menerus mencarinya, hingga ia tidak lagi tahu batas walau dengan cara bathil (korupsi,menipu,memanfaatkan kekuasaan dan berkhianat kepada bangsa,agama dan negara ) maka berarti ia orang yang kaya”
Al-Qurthubi berkata, “Hadis ini bermakna bahwa harta yang bermanfaat, agung dan terpuji adalah kekayaan jiwa.”
Dengan demikian, tidak selalu harta benda yang banyak itu mendatangkan rasa bahagia, kebaikan dan rasa senang bagi pemiliknya. Kekayaan yang sebenarnya adalah sesuatu yang manusia rasakan dalam hatinya. Hatilah yang menentukan seorang manusia menjadi senang atau sengsara, kaya atau miskin dan bahagia atau sedih. Pangkalnya ada dalam hati.
Orangtua perlu mengajarkan remaja kita tentang harkat martabat, rasa malu,dan pola hidup sederhana dalam artian hidup itu glamour, mewah, boros, dan sebagainya.sedini mungkin dikenalkan sifat qana’ah( ketenangan hati ada dalam sedikitnya keinginan ), sabar, realistis dan sebagainya.Menjadi manusia yang sukses atau berhasil itu tidak semata MATERI.
Adapun penyakit korupsi yang terjadi di negara ini ,bermula dari dogma keluarga yang berorientasi materialistis,karena fitrahnya manusia itu mencintai harta dan apa-apa yang diingini.Kita ini diciptakan Allah dari ketiadaan.lalu diberi pelengkap kehidupan untuk menguji kita.


Rasulullah SAW bersabda
Jika seorang anak Adam memiliki emas sebanyak dua lembah sekalipun maka dia akan (berusaha) mencari lembah yang ketiga.Perut anak Adam tidak akan pernah puas sehingga dipenuhi dengan tanah. (Riwayat Bukhari).


Hati yang takut kepada Allah,maka manusia akan beriman, penuh rasa syukur dan cinta kepada Pemilik dan Pemberi rizki ,itu yang akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan dari harta yang dimilikinya, sebesar apapun harta tersebut. 
Jika kita berharap untuk menaikan status,derajat atau apapun namanya, sebaiknya berharaplah hanya kepada ALLAH agar semua yang kita inginkan itu didapat di yaumil akhir nanti.

Hidup kita ini awalnya dlm ketiadaan keinginan dan akhirnya kita kembali ke dalam ketiaadaan keinginan lagi, yaitu MATI . Kekayaan bukanlah segalanya.kekayaan harta,status dan derajat pribadi bukanlah kekayaan yang hakiki ,semua itu pelengkap.kekayaan yang hakiki adalah saat jiwa (hati) kita penuh dengan hidayah Allah SWT.
nauzubillahi ...moga diriku jadi tambah mengerti..ya ALLAH.

0 komentar:

Post a Comment