Terhadap Pribadi Sendiri
Orang-orang yang terlalu berambisi terhadap kepemimpinan dan
mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin, pada umumnya memiliki tingkat
kepercayaan diri yang sangat berebihan, sekaligus menyepelekan peran orang
lain, serta bantuan dan pertolongan Allah. Padahal telah
menjadisunatullah bahwasanya Allah Ta'ala tidak akan memberikan
bantuan dan pertolongan kepada para hamba-Nya yang bersikap semacam itu.
Menjerumuskan Diri Sendiri ke Dalam Fitnah dan Murka Allah
Orang yang menginginkan kekuasaan dan jabatan diumpamakan
sebagai orang yang tengah meletakkan dirinya pada tempat berhembusnya angin
fitnah. Orang yang dalam melaksanakan kekuasaannya tidak tidak mendapat
pertolongan dan bimbingan Allah,maka mudah baginya berlaku zalim dan bertindak
sewenang-wenang. Jika dia berbuat seperti itu, maka berarti dia mengundang
murka Allah Ta'ala.
Alangkah indah gambaran yang disampaikan oleh
Rasulullah shallahu alaihi wassalam mengenai hal itu. Sabda beliau:
"Sungguh kalian akan berambisi kepada kekuasaan. Hal
itu kelak akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. Baik sekali wanita yang
menyusui anaknya dan buruk sekali wanita yang menyapih anaknya".
Berlipatgandanya Dosa dan Tanggungan
Seorang pemimpin pada dasarnya adalah seorang penutan. Oleh
karena itu, semua tingkah lakunya, yang baik maupun yang buruk, kelak akan
ditiru oleh para pengikutnya. Jika tingkah lakunya buruk ditiru, maka secara
tidak sadar dia ikut menjerumuskan orang lain ke dalam lembah dosa. Di akhirat
nanti, selain menanggung dosa pribadinya, dia juga akan menanggung dosa
orang-orang yang mengikutinya itu. Maha benar Allah dalam firman-Nya:
لِيَحْمِلُواْ
أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ
أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُم بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلاَ سَاء
مَا يَزِرُونَ ﴿٢٥﴾
"(Hal demikian), menyebabkan mereka memikul
dosa-dosanya dengan sepenuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa oang
yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka
disesatkan). (QS. An-Nahl [16] : 25)
Sabda Rasulullah shallahu alaihi wassalam:
"Barangsiapa yang menciptakan kebiasaan buruk dalam
Islam, maka ia akan menanggung dosanya berikut dosa orang yang mengerjakan
setelahnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitipun."(HR. Muslim)
Terjadinya Peperangan dan Pengusiran atau Eksodus
Ambisi terhadap kekuasaandan jabatan dapat mengakibatkan
kudeta, pertikaian, dan peperangan atau pengusiran (eksodus), yaitu
berpindahnya rakyat secara besar-besaran dari kampung halaman atau negeri
mereka.
Terhadap Amal Islami
Salah satu dampak buruk dari ambisi kekuasaan dan jabatan
terhadap amal Islami yaitu akan semakin beratnya beban dan bertambah panjangnya
perjalanan dakwah yang dilakukan, karena suatu amal Islami tidak mungkin
berjalan dengan baik, jika para pemimpinnya bersikap ambisius atau ingin selalu
menjadi pemimpin, sehingga amal Islami akan mudah dilanda kegagalan dan
terhalangdari pertolongan Allah.
Firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
﴿٤٠﴾
"Sesungguhnya Allah akan menolong orang yang menolong
(agama) Nya."(QS. al-Hajj [22] : 40)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا
اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧﴾
"Wahai orang-orang yang beriman jika kalian menolong
(agama) Allah niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan pendirian
kalian". (QS. Muhammad [47] : 7)
Para pendahulu umat ini -radhiallahu 'anhum- telah
mengantisipasi hal itu sejak dahulu. Jika mereka mengalami keterlambatan dalam
memperoleh kemenangan di medan juang, maka mereka akan segera melakukan
instrospeksi diri, jangan-jangan penyebab keterlambatan datangnya pertolongan
Allah itu akibat oleh sikap cinta dunia.
Kemudian mereka segera bertobat dan kembali kepada Allah.
Setelah itu kemenangan pun segera mereka peroleh.
Kisah dibawah ini merupakan gambaran yang jelas mengenai hal
itu.
Ketika pasukan yang dipimpin oleh Amr Ibnul Ash terhambat
membebaskan negeri Mesir dari kaum kafir, maka ia mengirimkan pasukan tambahan.
Khalifah Umar kemudian mengirimkan pasukan tambahan. Khalifah Umar ibnul
Khaththab kemudian mengirimkan pasukan tambahan sebanyak empat ribu orang. Jadi
selulruh pasukan berjumlah delapan ribu orang. Setiap seribu orang dipimpin
seorang komandan.
Khalifah Umar menulis surat kepada Amru ibnul Ash,
"Saya mengirim pasukan tambahan dengan komandan yang nilainya sama dengan
seribu orang. Mereka itu adalah az-Zubair ibnul Awwam, Miqdaad ibnul Amru,
Ibaadah ibnush-Shamit, dan Maslamah bin Mukhallad. Ketahuilah wahai Amru ibnul
Ash, engkau saat ini berserta dua belas ribu pasukan. Jumlah yang tidak
mungkindapat dikalahkan oleh musuh karena alasan sedikit".
Akan tetapi, ketika bala bantuan itu sampai, kemenangan tak
jua kunjung datang. Oleh karena itu, Khalifah Umar mengirimkan sepucuk surat
kepada panglima perang Amru ibunul Ash.
Bunyi surat itu sebagai berikut :
"Amma ba'du."
"Aku heran akan kelambatanmu merebut negeri Mesir.
Padahal, kalian telah berperang dalam waktu lama. Semua itu tidak terjadi,
kecuali karena perbuatan kalian sendiri, dan kecintaan kalian kepada dunia
seperti kecintaan musuhmu kepadanya. Allah Ta'ala tidak akan menolong suatu
kaum, kecuali karena kebenaran niat mereka. Sebelum ini aku telah
memberitahukan bahwa satu orang dari mereka itu sama nilainya dengan seribu
orang sejauh aku ketahui, kecuali jika mereka telah berubah dengan sesuatu yang
menjadikan kalian berubah."
"Jika surat ini telah sampai di tanganmu, maka
bicaralah di hadapan pasukanmu dan semangatkanlah mereka untuk perang melawan
musuh. Doronglah mereka agar tetap bersabara dan menjaga kebersihan niat.
Yakinlah mereka dengan empat orang tadi, dan perintahkanlah mereka semuanya
agar serentak dalam bertempur sepreti satu orang. Hendaklah kalian melakukan
serbuan sesudah siang hari Jum'at, karena saat itu merupakan waktu turunnya
rahmat dan waktu dikabulkannya doa. Hendaklah mereka memohon kepada Allah agar
memperoleh kemenangan atas musuh mereka". Wallahu'alam.
ERAMUSLIM > PENYEBAB GAGALNYA DAKWAHhttp://www.eramuslim.com/manhaj-dakwah/gagalnya-dakwah/dampak-buruk-akibat-ambisi-terhadap-kekuasaan.htmPublikasi:
Monday, 09/01/2012 07:03 WIB
0 komentar:
Post a Comment