Wednesday 10 August 2011

MAU KEMANAKAH KITA ????


Pernahkah kita merenungkan mengapa kita ada? Mengapa kita hidup di dunia ini?
Apakah kerena keinginan dan rencana-rencana kita sehingga kita ada? Tidak, kita tidak mungkin dapat menginginkan dan merencanakan karena kita belum ada.


Lalu, apakah karena keinginan dan rencana kedua orang tua kita? Bukan juga, berapa banyak pasangan suami istri yang menginginkan dikarunia anak tetapi belum juga diberi. Adanya kita bukan atas kehendak kita, bukan juga karena kehendak orang tua kita, lantas atas kehendak siapa?


Allah berfirman :
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya..Al-Hajj: 5,


Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main Al-Anbiya: 16


Allah menjelaskan bahwa Dia ingin menguji para hamba-Nya, siapa yang taat dan siapa yang durhaka, jadi kehidupan di dunia kita adalah untuk ujian! Sadarkah kita? Mengapa kalau UAN,begitu disiapkan dengan betul, sementara ujian yang paling besar terkadang kita lupa, atau pura-pura lupa, atau yang lebih parah lagi kalau kita tidak tau bahwa hidup kita untuk diuji!
Mereka hidup seperti binatang, mereka hanya mengenyangkan perut dan apa yang di bawahnya, mengumpulkan harta, berbangga-bangga dengan dunia, lalu mati!


Bahwa kehidupan adalah ujian kita, Allah akan menguji kebaikan amalan kita. Mengapa Allah tidak mengatakan yang paling banyak amalnya? tetapi Allah mengatakan yang paling baik amalnya. Dijelaskan oleh Fudhail bin Iyadh bahwa yang paling baik amalnya adalah yang paling ikhlas dan yang paling sesuai dengan contoh karena amalan tidak akan diterima kecuali ikhlas karena Allah dan sesuai dengan contoh Nabi Muhammad S A W.
Seringkali kita lupa diri, tidak tahu diri, sehingga kita lupa dengan tujuan hidup ini, yakni UJIAN !!.


Surga dan Neraka, yakinkah kita?


Nabi Shalallahu Alaihi Wa sallam bersabda
Surga dan neraka telah diperlihatkan kepadaku, maka aku belum pernah memandang hari yang lebih banyak mengandung kebaikan sekaligus keburukan daripada hari ini. Kalau kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis ,Anas bin Malik melanjutkan, Tidak ada hari setelah itu yang lebih berat bagi para Sahabat dibandingkan dengan hari tersebut. Pada hari itu, mereka semua menutup kepalanya sambil terisak-isak karena tangisan (HR Bukhari dan Muslim)


Apakah kita sudah berprinsip bahwa WAKTU adalah IBADAH atau malah selama ini kita hanya membuang-buang waktu dengan sesuatu yang kurang bermanfaat atau bahkan diisi dengan dosa dan kemaksiatan?


Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma, ia berkata:
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam pernah memegang pundakku, lalu bersabda,˜Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pegembara. Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata, Apabila kamu berada pada waktu sore janganlah kamu menunggu pagi hari, dan jika kamu berada pada waktu pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang kematianmu (HR. Bukhari,)


Saudaraku, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu
Kita sering berdoa...Rabbana atina fiddunnya hasanah wa fil akhirati hasanahâ... Ya Rabb, berikanlah kami kebaikan di dunia dan berikanlah kami kebaikan di akhirat... Kebaikan di dunia adalah iman dan amal shalih dan kebaikan di akhirat tidak ada yang lain kecuali Surga. Tidaklah dikatakan iman kecuali dibangun diatas ilmu.


Kemanakah engkau akan pergi melangkah?


Jalan petunjuk telah jelas, dan jalan kesesatan juga jelas. Saya yakin bahwa engkau akan mengikuti jalan petunjuk, mempelajari ilmu syar'i dan mengamalkannya. Engkau tidak akan mau terlena Jangan sampai engkau memohon ketika ajal menjemput, pada saat meregang nyawa kemudian engkau memohon kepada Allah


Kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan (Al-Mu'minun :100)


Dan saat itu, keinginanmu tidak pernah akan dikabulkan

Sebuah renungan by EM/010

Sunday 7 August 2011

SEBAB SEBAB NAIK TURUNNYA IMAN KITA

CARA MENAIKKAN KADAR IMAN :



1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits
a. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)


b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.


c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.


d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.


e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin, para sahabat Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.


2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.


3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.


a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.


b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.


c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).


Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :
SEBAB-SEBAB TURUNNYA KADAR IMAN :

1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.


2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi teman syeitan (Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan seseorang dalam beribadah berawal dari sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu dan energinya harus didorong agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya hingga ia semakin jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.


3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari zinah pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena itu basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.


4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia. Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah, “..barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.


Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :
1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.


2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita lakukan, seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga, seharusnya semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat. Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan duniawi berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.


3. Pergaulan yang buruk
Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Menaikkan kadar iman bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena begitu banyak usaha (menuntut ilmu, amalan-amalan) yang harus kita lakukan disamping godaan (syaitan, duniawi) yang akan kita hadapi. Paling tidak kita termasuk orang-orang yang lebih beruntung dibanding orang lain yang belum sempat mengetahui “sebab-sebab naik-turunnya iman” dalam tulisan ini. 



Sumber :
1. Sebab-sebab Naik Turunnya Iman, oleh Syaikh Abdur Razzaaq al-Abbaad
2. Asma’ul Husna, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
3. Penawar Hati yang Sakit, Ibnu Qayyim Al-JauziYAH
March 25, 2009 - writted, by phipi3.wordpress.


Friday 5 August 2011

Biarlah Allah Menilaimu

Terkadang orang berfikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois, 
tetapi bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka 

bahwa ada maksud-maksud buruk dibalik perbuatan baik yang kau lakukan itu.
Tetapi,…tetaplah berbuat baik selalu.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh 

dan juga teman-teman yang iri hati atau cemburu.
Tetapi,..teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu.
Tetapi,.. tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat.

Apa yang engkau bangun bertahun-tahun lamanya dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja.
Tetapi,..janganlah berhenti, tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kebahagiaan dan kedamaian didalam hati,

orang lain mungkin akan iri hati kepadamu.
Tetapi,..tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin besok akan di lupakan orang.
Tetapi,..teruslah berbuat baik.

Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan mungkin itu tidak akan pernah cukup.
Tetapi,..tetap berikanlah yang terbaik.

Apabila engkau mencintai seseorang dengan ikhlas dan tanpa pamrih, 

mungkin ia tidak akan berbuat seperti apa yang engkau lakukan.
Tetapi tetaplah mencintainya tanpa pamrih, karena Allah Maha Mengetahui dan Maha Adil

lagi Bijaksana, hakim dari segala hakim.

Sadarilah bahwa semua yang engkau katakan, dan lakukan itu ada diantara engkau dan Tuhanmu.

Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain.
Jangan pikir dan pedulikan apa yang engkau lakukan atas orang lain,
dimana orang lain akan berfikir atas perbuatan baik yang kau lakukan.
Tetapi percayalah bahwa, mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang jujur, 
dan berbuat baik.

Dan Dia dapat melihat ketulusan hatimu.

"Yang dinamakan Muslim itu , adalah apabila muslim lainnya selamat dari keburukan lidah 
dan tangannya ". ( Al Hadist )

"Takwalah kamu pada Allah dimana saja kamu berada, 

dan lakukanlah perbuatan baik, untuk menipiskan perbuatan burukmu, 
yang akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik " (Al hadits).

"Barang siapa yang bertaqwa pada Allah, Allah akan memberikannya jalan keluar yang terbaik, dan akan memberikan rezeki padanya dari sumber yang tidak ia sangka-sangka ".(Al Qur'an).

Just for me and You.
Wallahua'lam bisshawab.
By: DT-Bandung

Tuesday 2 August 2011

BERBUAT BAIK KEPADA KEDUA ORANG TUA KITA


“Dan Allah telah mewajibkan kepada kamu, agar jangan menserikatkan sesuatupun kepadaNya, dan kepada kedua orang tua, maka berbuat baiklah”(Q.S Annisa 36).


Dari Abdullah bin ‘Amru radhiallahu’ anhuma berkata: Telah datang kepada Rasulullah Shallallahu’ alaihi wasallam seorang lelaki yang berba’iat untuk hijrah, dan dia meninggalkan kedua orang tuanya dalam keadaan menangis. Apa sabda Rasulullah kepadanya? Kembalilah kepada keduanya, buatlah keduanya tertawa, sebagaimana kamu telah membuat keduanya menangis”. (H. R Abdurrazzaq, Bukhari fil adab, hakim fil mustadrak, dan ia berkata, hadist ini isnadnya shahih).


Para ulama telah sepakat dari uraian ayat dan hadits, bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua adalah suatu kewajiban, sementara membantah/membangkang keduanya adalah haram hukumnya. "Uququl waalidaini" Para ulama menjelaskan akan ayat ini, bahwa: ”Membangkang pada keduanya, hanya sekedar menyatakan “Ah/Cis saja sudah haram hukumnya, apalagi lebih dari itu, yang paling kecilnya saja haram, apalagi yang lebih besar dari itu”. Banyak diantara kita yang kurang menyadari, akibat kurangnya pendalaman kita terhadap ajaran agama kita, sehingga merasa membangkang kedua orang tua hanya perkataan Cis/ah saja atau hanya sekedar melawan pada orang tua atas perintahnya. Padahal, Cis, atau Ah itu adalah yang teringan dari pembangkakangan anak kepada ortunya.


Dari Ibnu Abi Syaibaj, dari Muadz bin Jabal, bahwasanya ada seseorang berkata kepadanya: Apa hak kedua orang tua terhadap anaknya? Ia berkata: :”Kalau engkau keluarkan segala harta dan keluarga kamu, sungguh masih belum kamu bisa menunaikan hak-hak mereka sepenuhnya”. (H.R Bukhari fi al adab).


Berbuat baik kepada orang tua, dapat menghapuskan dosa-dosa besar Dari Ibnu Umar radhiallahu’ anhuma berkata: “Telah datang kepada Rasulullah seorang lelaki, kemudian dia mengadu : ”Aku telah melakukan suatu dosa yang sangat besar, apakah ada taubat untukku? ”Kemudian Rasulullah bertanya : ”Adakah kamu masih memiliki seorang Ibu? (dalam riwayat yang lain, adakah kamu masih memiliki kedua orang tua?) Kemudian dia menjawab : ”Tidak!”. Kalau begitu, kamu punya Bibi tidak? Ia menjawab :”Iyah”, maka berbuat baiklah kepadanya (H. R At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Ahmad, Hakim, dan beliau berkata hadits ini shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim).


Dosa-dosa besar ini, sepanjang berkaitan dengan urusan hak Allah ta’ala. Adapun bila dosa besar tersebut berkaitan dengan hak manusia, maka sang pembuat dosa harus meminta maaf padanya dan mengembalikan hak yang disakiti terlebih dahulu. Berbuat baik pada kedua orang tua, penyebab masuk surga, maka berbuat jahat dan membangkang orang tua, bisa membuat seseorang masuk neraka.


Dari Siti ‘Aisyah beliau berkata. Rasulullah Shallallahu’ alaihi wasallam bersabda: “Aku masuk surga, kemudian aku mendengar bacaan. Kemudian aku bertanya: ”Siapakah orang ini? Dijawab kepadanya: Haritsah bin An Nu’man. Kemudian Rasulullah bersabda: Demikianlah balasan akibat berbuat baik kepada kedua orang tua, dan Haritsah ini, adalah sebaik-baik manusia yang berbuat baik kepada ibunya”.(H.R Ahmad, hakim dan hadits ini menurut para Ulama shahihulisnad) .


Dalam riwayat lain disebutkan : ”Celakalah seseorang, yang mana apabila disebutkan namaku, dia tidak bershalawat atasku, dan bila masuk bulan ramadhan, sebelum mendapat pengampunan, seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya dalam keadaan sudah tua, dan dia sudah dewasa, tidak meyebabkan ia masuk surga (akibat tidak berbuat baik kepada kedua orang tuanya tatkala keduanya masih hidup).(H.R Ahmad dan Muslim).


Dalam riwayat lain, dalam kitab shahih Ibnu Hibban. Dari hadits Abi Hurairah: ”Barang siapa yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup, dan dia sudah dewasa, kemudian dia tidak berbuat baik kepada keduanya, maka bila ia mati, kelak masuk kedalam api neraka. Katakanlah wahai Muhammad aaamin. Maka Rasulullah pun bercerita, akupun mengaminkan do’a itu.”.


Luar biasa pahala dan ganjaran akibat berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Bagaimanakah ganjaran bagi mereka yang menyakiti. Jangankan menyakiti, tidak berbuat baik pada kedua orang tua saja, bisa dimasukkan kedalam api neraka, apalagi menyakiti hati keduanya. Menyatakan Cis/ah yang paling kecil saja haram, apalagi lebih dari itu, mencela, mencaci, menjelekkan kedua orang tua, atau salah satu diantara keduanya. Apakah ganjaran dari manusia semacam ini. Apabila kita menemukan seseorang melakukan hal ini pada orang tuanya, maka kita disuruh untuk menasehatinya. Bila tak mempan nasehat, maka jauhilah orang tersebut. Karena bisa jadi kita terkena asap/baranya. Ini kalau hanya sekedar teman biasa, bagaimana pula kalau ini terjadi pada pasangan hidup kita? Luar biasa.


Pantas sekali Rasulullah menyatakan : "Pilihlah teman yang baik-baik”. Lihatlah seseorang dari hatinya, agamanya, bukan dari luar tubuhnya.


Mungkin, inilah sebabnya Rasulullah sedari awal pernikahan sangat menekankan untuk pemilihan pasangan terhadap kepribadian/agama pasangan itu sendiri. Ini luar biasa pentingnya. Lantas, kepatuhan pada orang tua sampai sebatas manakah?  Dan orang tua yang manakah yang layak untuk dipatuhi? Jawabannya sebatas orang tua kita tidak menyuruh kita kepada ma’siat kepada Allah ta’ala karena sabda rasulullah : “Tiada kepatuhan atas makluq atas maksiat kepada Allah ta’ala”. Kemudian type orang tua manakah yang layak dipatuhi? Semua orang tua yang menyebabkan kita ada dimuka bumi ini, meski orang tua kita sejelek apapun, bahkan musyrik sekalipun, wajib untuk berbuat baik kepadanya, dan kepatuhan padanya sebatas mereka tidak menyuruh ma’siat pada Allah ta’ala. (Silahkan diruju’ Q.S Luqman 14-15). Kisah seorang sahabat Sa’ad bin Abi waqaas ada dalam cerita ini, beliau memiliki ibu yang musyrikah, namun tetap Rasulullah menyuruh berbuat baik kepadanya. Keridhaan AllahTa’ala berada pada keridhaan orang tua. Salam..

*diambil dari postingan mba Sri Murniasih