Sikap Nabi Muhammad SAW Menghadapi Penistaan.
Kita sering
menjumpai penghinaan dan perlakuan yang tidak menyenangkan yang ditujukan
kepada Nabi Muhammad SAWdan Alquran, baik melalui kartun maupun fitnah terhadap
ayat-ayat Alquran. Kasus terbaru dilakukan Sam Bacile lewat filmnya
"Innocence of Muslims". Kita mesti meneladani sikap Rasulullah SAW,
dalam menghadapi berbagai penghinaan dan fitnah.
Suatu hari di
tengah teriknya matahari, Nabi Muhammad SAW, mendatangi Kota Thoif untuk
mengabarkan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Namun, belum lagi ia selesai
menyampaikan risalahnya, para penduduk Thoif melempari beliau dengan batu. Nabi
Muhammad SAW pun berlari dengan menderita luka cukup parah. Giginya patah dan
berdarah terkena lemparan batu.
Malaikat Jibril
segera turun dan menawarkan bantuan kepada Nabi Muhammad SAW. "Wahai kekasih
Allah, apa yang kau ingin aku lakukan terhadap mereka. Jika kau mau aku akan
membalikkan tanah yang menopang mereka sehingga mereka hilang tertelan
bumi."
Bukan hanya
kita yang sedih mendengar kisah ini, Jibril pun harus turun tangan melihat Nabi
Muhammad SAW dihina dan dianiaya begitu rupa. Namun, apa kata Nabi Muhammad SAW;
"Jangan
wahai Jibril. Mereka melakukan itu karena mereka belum tahu. Mungkin hari ini
mereka menolak ajaranku, tapi aku berharap anak cucu mereka di kemudian hari
akan menjadi pengemban risalahku." Dan doa beliau pun terkabul. Banyak di
antara penduduk Thoif di kemudian hari yang menjadi ulama penerus risalah Nabi
Muhammad SAW. Begitu mulianya akhlak Rasulullah terhadap orang-orang yang menghina
dan menganiayanya. Dan beliau pun ingin umatnya mewarisi akhlak mulia tersebut.
Suatu ketika di
dalam Kota Mekah ada seseorang yang sangat membenci Nabi Muhammad SAW. Jika Nabi
Muhammad SAW lewat di depan rumahnya, ia melempari beliau dengan batu, tidak jarang
pula ia meludahi beliau dari atas rumahnya. Tidak cukup dengan itu, ia pun
melempari Nabi dengan kotoran manusia.
Suatu hari
orang tersebut jatuh sakit. Ketika Nabi Muhammad SAW melewati rumah itu, ia heran
dan bertanya-tanya ke mana orang yang biasanya melemparinya. Setelah
diketahuinya orang tersebut sedang sakit, Nabi Muhammad SAW pun mengunjunginya.
Orang tadi
seakan tidak percaya jika Muhammad SAW yang selama ini ia caci maki dan ia lempari
dengan batu dan kotoran masih mau menengoknya di kala sakit, saat orang lain
tidak memedulikannya. Ia pun menangis di hadapan Nabi Muhammad SAW dan saat itu
pula ia mengakui kemuliaan Nabi Muhammad SAW dan mengucapkan syahadat.
Nabi Muhammad SAW dengan baik sekali mencontohkan apa yang tertera dalam Alquran, Surat
Fushshilat Ayat (34): Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah
(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu
dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia.
Meskipun penistaan atau penghinaan adalah perbuatan yang tercela, Alquran tidak pernah memuat hukuman
bagi pelaku penghinaan atau memberikan wewenang kepada siapa pun untuk
melakukan penghakiman. Yang ada adalah seruan untuk meninggalkan orang-orang
yang menghina agar penghinaan itu tidak terus berlanjut.
"Dan
apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, Maka
tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan
jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), Maka janganlah kamu
duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan
itu)". (Qs. Al An'am [6]: 68).
Dalam Qs.
Annisaa (4): 140 juga menerangkan hal yang sama. Ayat tersebut bisa menjadi
pegangan dalam menyikapi orang-orang yang memfitnah dan memutarbalikkan
ayat-ayat Alquran.
Jika hinaan
dibalas dengan hujatan, lalu apa bedanya antara orang yang dihina dan orang
yang menghujat. Reaksi yang berlebihan terhadap penghinaan akan membuat stigma
yang lebih buruk terhadap umat Islam. Jika stigma kekerasan itu mencuat, yang
bertepuk tangan adalah para provokator yang tidak senang dengan perdamaian.
Tidak sedikit
orang yang menginginkan terciptanya permusuhan antara umat beragama. Daripada
membalas hujatan dengan kecaman atau bahkan dengan pembunuhan akan lebih baik
jika kita mengajak berdialog orang yang melakukan penghinaan atau penistaan.
Dalam dialog kita bisa memperkenalkan pribadi Muhammad SAW yang sesungguhnya. Dengan begitu, bukan mustahil orang yang tadinya menghina akan berbalik menjadi sahabat yang setia seperti yang tertera dalam Alquran surat Fushshilat (41): 34.
Dalam dialog kita bisa memperkenalkan pribadi Muhammad SAW yang sesungguhnya. Dengan begitu, bukan mustahil orang yang tadinya menghina akan berbalik menjadi sahabat yang setia seperti yang tertera dalam Alquran surat Fushshilat (41): 34.
Nabi Muhammad SAW sebagai sosok yang berkpribadian mulia menginginkan umatnya memiliki akhlak
yang mulia pula. Banyak sekali hujatan dan penganiayaan yang beliau terima,
tapi Nabi Muhammad SAW mampu mengatasinya tanpa harus kehilangan kemuliaannya.
Di sudut pasar
di Kota Madinah ada seorang buta yang setiap harinya selalu meneriakkan Muhammad SAW orang gila. Setiap hari ada orang yang menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
Suatu hari orang buta tersebut merasakan jika orang yang menyuapinya kali ini
bukanlah orang yang biasa menyuapinya. Berkatalah orang buta dan tua itu,
"Kau bukanlah orang yang biasanya menyuapiku, ke manakah gerangan orang
yang biasa menyuapiku."
Orang yang ada
di hadapannya bertanya, "Bagaimana kau tahu aku bukanlah orang yang biasa
menyuapimu sedangkan engkau adalah orang yang tidak bisa melihat?"
Orang tua itu
pun menerangkan, "Orang yang setiap harinya menyuapiku akan mengunyah
makanan itu lebih dahulu sebelum memasukkan ke mulutku karena ia tahu gigiku
sudah tidak kuat lagi mengunyah makanan."
Orang yang ada
di hadapannya yang ternyata adalah Abu Bakar menahan tangis dan bertanya
kembali, "Tahukah engkau siapa yang biasa menyuapimu setiap hari?"
Orang tua dan
buta itu pun menggelengkan kepala. Abu Bakar barkata, "Orang yang
menyuapimu setiap hari adalah Muhammad SAW yang biasa engkau caci maki dan sekarang
ia telah tiada."
Betapa
terkejutnya orang tua itu mengetahui akan hal itu. Ia pun tersungkur menangis
dan seketika itu juga mengucapkan kalimat syahadat sebagai sebuah pengakuan
atas ke-Esa-an Tuhan dan kemulian Nabi Muhammad SAW.
Original posting from
jaka supriyanta , http://dhafinnet.blogspot.co.id.cara-nabi-muhammad-menghadapi-penghinaan.html
0 komentar:
Post a Comment