Thursday, 17 September 2015

Persepsi kita takkan pernah sama ,jadi....

Banyak di antara manusia yang tidak mampu berlapang dada menerima pendapat orang lain meskipun dia memiliki pendapat sendiri, tidak peduli dalam berbagai urusan. Pedagang dengan cara pedagang, agamawan dengan cara agamawan, dan lain sebagainya.

Berbeda pendapat itu sangat baik, karena ia mencetuskan idea yang berlainan, cara fikir yang berbeda, pengetahuan yang luas menentukan jati diri seseorang. 

. Sesungguhnya, "ikhtilaf / perbedaan pendapat itu rahmat".

Menjadi rahmat itu apabila masing-masing berbesar hati menerima dan bersedia berdebat dengan argumen ilmiah tanpa di dorong nafsu amarah.

Jika terjadi perbedaan, hatinya cepat marah. Maka orang-orang cerdik mengatakan : 

"ketel yang kecil lebih mudah panas, begitu juga orang yang berhati kecil". 

Kenapa harus merasa panas hati ketika orang lain berpendapat berbeda ???? padahal kita tahu bahwa pengalaman kehidupan manusia itu tidak pernah sama....

Sikap kita melambangkan siapa kita. Orang yang tidak bisa menerima pendapat orang lain, berarti dia orang yang berpikiran negatif dan senang marah. Orang begini tidak bisa bekerja secara berkelompok atau menghadiri pertemuan apa pun, karena pasti mendatangkan masalah.

What you see is what you get. Cerdik pandai pernah mengatakan :
"cara kita melihat menentukan siapa kita".
Sangat benar pendapat  begitu, karena seseorang yang membuat suasananya positif pasti akan melihat semua hal adalah positif.

Hadapilah perbedaan pendapat dengan senyuman niscaya masalah itu pasti senyum kembali kepada kita. Setidaknya kita tahu bahwa sudut yang kita ketahui sebenarnya memiliki sudut lain yang belum kita ketahui. Kadang-kadang kita tidak nampak dalam diri ada kekurangan, dan sebab itulah kita perlu teman untuk memberitahu.

Itulah adatnya ketika ada pemerintah pasti ada oposisi. Inilah fungsinya. Pemerintah yang tidak mampu menerima kritik oposisi adalah pemerintah yang lemah. Begitu juga dengan mahasiswa.

Sebagai kesimpulan, jadilah manusia yang cerdik dalam memberikan pendapat dan juga menerima perbedaan suatu pendapat. Lihat saja Umar dan Abu bakar, dua sahabat Nabi yang sangat di hormati, mereka dapat menerima satu sama lain meskipun memiliki banyak terjadi perbedaan pendapat. Mereka adalah manusia yang cerdik dan pintar.

Seharusnya orang yang ingin menjadi cerdik dan pintar meniru akhlak mereka. Mengakui kelemahan diri itu sebenarnya bukan hina malah itu lah sifat hamba yang saleh. Sebenarnya musuh yang paling hebat di dunia ini adalah diri kita sendiri. Orang lain tidak mampu membuat kita risau kecuali diri kita sendiri yang membuatnya risau.

Perdebatan itu memang salah satu teknik untuk memperoleh ilmu, tetapi bukan teknik utama seperti halnya argumentasi yang demonstratif, sebab perdebatan punya tujuan berbeda dengan argumentasi. Kalau argumentasi bertujuan membuktikan kebenaran pada lawan diskusi, maka perdebatan bertujuan mengalahkan lawan diskusi.

Namun, perdebatan berbeda dengan berbantah-bantahan, yang umumnya dilakukan secara ngotot dan berkeras kepala dalam mempertahankan pendapat sendiri. Akan tetapi, merupakan usaha atau teknik dalam adu pendapat dengan menyampaikan pikiran yang menggunakan premis-premis yang secara umum diakui dan terkenal kebenarannya untuk membuat lawan bicaranya kalah.

Karena perdebatan menggunakan premis-premis (statemen-statemen) yang bersifat diakui oleh umumnya orang atau lawan diskusi—walaupun belum tentu benar—, maka kita tidak perlu membuktikan lagi kebenarannya.

Ada beberapa manfaat perdebatan,  diantaranya adalah :
Untuk memperkuat pendapat sehingga lawan bicara menerimanya.
Untuk melatih akal berdalil dengan premis-premis yang ‘diakui’ dan ‘dikenal’.
Untuk memperoleh kebenaran dan keyakinan terhadap berbagai perselisihan yang terjadi.
Untuk memudahkan pencari kebenaran memperoleh kebenaran dari ilmu-ilmu yang dicarinya.
Untuk memperoleh kemenangan dalam adu pendapat.
Untuk memberikan alternatif dalam membuktikan kebenaran dengan cara yang lebih mudah.
Untuk menjaga diri dari pengaburan dan penipuan orang lain dalam berdebat.
Tetapi tidak semua perdebatan berguna dan mengantarkan orang pada kebenaran, bahkan ada perdebatan yang semakin menjauhkan orang dari kebenaran serta menimbulkan permusuhan, perdebatan seperti ini tidak diridhai Allah swt

Di dalam Aluran, terdapat ayat-ayat yang melarang perdebatan, pelarangan itu dikarenakan beberapa sebab : 

Pertama, Berdebat untuk membela suatu yang sudah diketahui kebatilannya dengan niat untuk mengaburkan kebenaran Allah, seperti firman Allah, “Dan mereka berdebat dengan kebatilan yang dengannya mereka meruntuhkan kebenaran” (al-Mukmin 5)

Kedua, Berdebat tentang perkara yang sudah sangat jelas kebenarannya (badihi, self evident), yang tidakmembutuhkan argumentasipanjang lebar, “Mereka mendebat kamu dalam perkara kebenaran setelah jelas kebenaran itu” (al-Anfal 6)

Ketiga, Berdebat tentang sesuatu yang mana pihak yang berdebat sama-sama tidak mengetahui persoalannya, Allah berfirman, “Begininlah kamu, semestinya kamu berdebat dalam apa yang kamu ketahui, maka mengapa kamu berbantahan tentang apa yang kamu tidak berilmu padanya” (Ali Imran 66)

Keempat, Memperdebatkan ayat-ayat Allah yang sudah jelas, “Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, keuali orang-orang kafir Karena itu janganlah engkau terkeoh dengan berbagai aktivitas mereka di negeri-negeri” (Ghafir 4)

Kelima, Berdebat tanpa argumentasi, “(Yaitu) orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa sulthan (alasan) yang sampai kepada mereka, Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman, Demikianlah Allah menguni mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” (Ghafir 35)

Karena itu, dalam berdebat hindarilah kelima hal di atas, agar perdebatan itu semakin mengantarkan manusia pada jalan kebenaran, dan jika ada yang mengajak kita berdebat dengan tanpa ilmu, tanpa argumentasi, dan bukan untuk mencari kebenaran, maka sebaiknya dihindari saja dan tinggalkan. (hd,liputanislam,com)


Repost: FB Zulkhairi

0 komentar:

Post a Comment