Tuesday, 19 May 2015

Mengkaji Momen Reuni Dari Perspektif Potensi Modal Sosial

Mengkaji Momen Reuni Dari Perspektif Potensi Modal Sosial -. Menelisik soal kebersamaan dalam suatu kelompok , bisa saja terjadi kondisi paradoks “ walau hidup ditempat yang sama belum tentu hidup dengan rasa kebersamaan , namun ingatlah teman ada sebuah kata bijak mengatakan ; 

“Tetaplah tersenyum , tetaplah bersinar. Mengenal kamu yang selalu bisa mempercayai diriku , pasti..!!! Itulah gunanya teman. Di saat yang baik , di saat yang buruk. Saat sakitpun ku kan berada di sisi mu selamanya . Itulah gunanya teman”. 



Kegiatan reuni atau kumpul kembali dengan teman lama, saudara dan handai tolan menjadi trend positif dan kerap dilakukan oleh sebagian masyarakat. Kegiatan ini biasanya tidak hanya sekedar melepas kangen belaka tapi sekaligus sebagai momentum mengenang kembali memori  kebersamaan dengan rekan maupun saudara yang selama ini terpisah oleh waktu, jarak dan tempat.

Terasa ledakan emosi yang sangat menggelora saat pertama kita lihat wajah temen-teman lama yang nampak sudah beda karena dimakan usia. Jabat tangan, tepuk bahu, peluk dan cium adalah refleksi dari kerinduan yang selama ini terpendam.

Akan timbul sebuah "rasa" yang tak dapat terlukiskan ketika kita bisa melihat kembali teman kita dengan segala perbedaannya. Ada yang tambah gendut, ada yg tambah kurus, ada yang tambah cantik, ada yg tambah ganteng, ada yang stuck tanpa mengalami perubahan, ada yang jadi (maaf) botak, hehehehe…. Ada yg tambah gila dan heboh ... Dan masih banyak lagi ...Maka tak ayal jika euphoria dari momen reuni pasti masih terasa dalam waktu yang agak lama.

Merupakan sebuah "nikmat" tak terhingga ketika terjalin kembali silaturahmi diantara kita. Perbedaan waktu, perbedaan rutinitas, bahkan perbedaan jarak yang membentang tak menyurutkan niat untuk kembali berkumpul bersama dalam balutan “REUNI”. Kesempatan ini adalah kesempatan yang sangat langka didapatkan, bukanlah pekerjaan yang mudah untuk bisa berkumpul kembali dalam satu keselarasan waktu antar personal yang telah terbelenggu oleh rutinitas dan aktivitas masing-masing.

Beruntunglah bagi kita yang masih dianugerahi “Nikmat” oleh yang Maha Kuasa, sehingga masih diberi kesempatan untuk kembali bersua dengan teman-teman lama. Dan hal ini sangat kontras atau berbanding terbalik dengan temen-teman kita yang (maaf) telah lebih dulu dipanggil untuk menghadap Yang Maha Pencipta, dan belum berkesempatan untuk kembali bercengkerama dengan teman-teman lama.

Reuni atau kumpul maning antara teman satu sekolah adalah salah satu fenomena yang acapkali kita saksikan pada waktu belakangan ini. Fenomena ini yang sedemikian rupa hingga menjadi sebuah momentum yang tentunya sangat bermakna , paling tidak bagi mereka yang terlibat di dalamnya. Melihat fenomena reuni sebagai sebuah potensi dalam realitas sosial; yang tidak hanya sekedar ajang kangen-kangenan semata tapi lebih dari itu merupakan moment yang cukup baik dan tepat untuk membangkitkan rasa kepedulian sosial antar sesama.semoga .

Momentum kegiatan reuni akan menjadi suatu hal yang biasa saja terlebih bila dimaknai sebagai sebuah pertemuan kembali antara sesama teman lama setelah tak bersua karena dipisahkan oleh jarak, waktu dan tempat. Sebaliknya akan memiliki makna yang lebih luas; tidak hanya sekedar merajut kembali memori kolektif akan kenangan masa lalu dari masing-masing orang yang terlibat di dalamnya. tapi sekaligus sebagai sarana untuk silaturahmi dan saling mendengar cerita/pengalaman , melepas rindu dan berbagi rasa kebersamaan yang pernah dirajut bersama pada masa-masa lalu yang bisa menjadi daya dorong positif dan bermanfaat untuk perbaikan mengelola potensi sumber daya setiap peserta yang terlibat..

Dapat dibayangkan betapa sakral dan bermaknanya sebuah kegiatan reuni yang tidak hanya diisi oleh acara kangen-kangenan semata ataupun hanya sekedar mendengar berbagai kisah para anggotanya, tapi juga diharapkan mampu membangkitkan kebersamaan ,sinergisitas serta solidaritas sosial sehingga dapat menjawab berbagai masalah baik yang dihadapi oleh anggotanya maupun realitas sosial yang ada di sekitarnya.

Apa yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah,momentum kegiatan reuni sesungguhnya memiliki potensi yang bisa dikelola untuk membangkitkan potensi modal sosial yang dimiliki oleh anggotanya. Apalagi ditengah berbagai bencana alam dan masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat dewasa ini.
Oleh karenanya kegiatan reuni seharusnya dimaknai sebagai sebuah kegiatan yang positif yang semangatnya perlu terus dijaga untuk membangkitkan kebersamaan dan kepedulian antar sesama. Kegiatan reuni merupakan kegiatan solidaritas sosial yang yang dilakukan secara terencana, berpola dan berulang serta bisa bersifat konstan..

Artinya kegiatan ini merupakan bagian dari proses interaksi sosial atau budaya masyarakat atau bangsa yang biasanya berlangsung antar individu maupun kelompok sosial yang memiliki latar belakang, pengalaman yang berada dalam satu wadah yang sama, baik itu institusi Pendidikan maupun Organisasi. Reuni merupakan potret media aktifitas sosial yang menunjukkan adanya solidaritas menurut sosiolog yang bernama Emile Durkheim,   
"..masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Maksudnya yaitu adanya ikatan sosial dalam kelompok. Masyarakat juga berarti kelompok manusia yang hidupnya teratur. Masyarakat termasuk sosial order atau keteraturan sosial. Syarat-syarat terbentuknya masyarakat adalah sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama, merupakan satu kesatuan dan merupakan suatu sistem hidup bersama, yaitu hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan dimana setiap anggota masyarakat merasa dirinya masing-masing terikat dengan kelompoknya. Didalam masyarakat tidak selalu ada kesamaan tetapi ada sesuatu diluar kita yang membuat kita itu dari bagian dari sesuatu itu, yang dimaksud adalah ikatan atau kesamaan. Beberapa faktor yang mendorong adanya manusia yang teratur itu adalah kesamaan. Dalam ikatan terdapat sesuatu yang dinamakan dengan solidaritas. Solidaritas secara etimologi adalah kesetiakawanan atau kekompakkan. Jadi solidaritas adalah rasa kebersamaan dalam suatu kelompok tertentu yang menyangkut tentang kesetiakawanan dalam mencapai tujuan dan keinginan yang sama. Pembagian solidaritas dalam kelompok sosial dapat diklasifikasikan dengan pandangan-pandangan tertentu, salah satunya kelompok sosial diklasifikasikan menurut rasa solidaritas antar anggotanya".

Sehingga secara umum, solidaritas dapat dibagi menjadi dua, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Sosial itu berasal dari individu yang berarti individu tersebut saling bekerja sama. masyarakat mempunyai solidaritas sosial yaitu biasa disebut dengan ikatan kesamaan.

Solidaritas mekanik ; adalah solidaritas yang muncul pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta belum mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok. Biasanya disebut dengan masyarakat pedesaan, karena masyarakat pedesaan identik dengan kesamaan. 

Adanya kesamaan artinya keberadaan orang lain itu sangat menguatkan. Ikatan mekanik adalah suatu integrasi yang didorong oleh kesamaan. Solidaritas organik ; adalah solidaritas yang mengikat masyarakat yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja yang teratur sehingga disatukan oleh saling ketergantungan antar anggota. Biasanya terdapat pada masyarakat perkotaan. Yang artinya suatu keberadaan.
Solidaritas organik itu masing-masing bagian mempunyai fungsi dan fungsinya tersebut sangat berpengaruh penting. Solidaritas organik terjadi karena masing-masing memunculkan adanya suatu perbedaan. Tetapi perbedaan tersebut saling berinteraksi dan membentuk suatu ikatan yang sifatnya tergantung. Solidaritas organik prinsipnya yaitu bahwa setiap individu dan individu lain itu sangat tergantung dalam artian tidak bisa lepas. Dalam solidaritas organik mengenal adanya hukum restifusi yang artinya yaitu menggantikan. Ciri-ciri solidaritas organik adalah menguraikan tatanan sosial berdasarkan perbedaan individual diantara rakyat, yang merupakan ciri dari masyarakat modern, khususnya yaitu daerah perkotaan.

Bersandar pada pembagian kerja yang rumit dan didalamnya orang terspesialisasi dalam pekerjaan yang berbeda-beda. Dalam pembagian kerja yang rumit ini, Emile Durkheim melihat adanya kebebasan yang lebih besar untuk semua masyarakat. Solidaritas mekanik dan solidaritas organik mempunyai berbagai macam perbedaan diantaranya yaitu, solidaritas mekanik, relatif berdiri sendiri (tidak bergantung kepada orang lain) dalam keefisienan kerja, terjadi di masyarakat sederhana, primitif, dan tradisional, merupakan ciri dari masyarakat tradisional, kerja tidak terorganisir, beban lebih berat, individualis rendah, dan represif yaitu tidak bisa dipaksa . Sedangkan solidaritas organik adalah saling berkaitan dan mempengaruhi dalam keefesienan kerja, dilangsungkan oleh masyarakat yang kompleks, ciri dari masyarakat modern atau perkotaan, kerja terorganisir dengan baik, beban ringan, individualis tinggi, dan adanya pembagian kerja.

Dapat disimpulkan bahwa : Solidaritas mekanik, yang dicirikan oleh kuatnya kesadaran kolektif antar sesama anggotanya dan mengutamakan kebersamaan; Nah yang ini merupakan gambaran masyarakat berlatar pedesaan. Hal ini berbeda dengan solidaritas organik yang mencirikan kuatnya sikap individualitas yang merupakan karakter dari masyarakat urban /perantau,ada kelemahan kesadaran kolektif anggotanya. Selain itu kegiatan reuni juga mencirikan adanya suatu sikap dan perasaan in group dari masing-masing anggotanya. Istilah in group ini merupakan istilah sosiologis yang mengandung pengertian tentang kelompok sosial. In group atau ”kelompok kami”, ”kelompok kita”; dan kebalikannya adalah adalah out group atau ”kelompok mereka”. Per labelan istilah in group dalam konteks reuni adalah untuk mempertegas bahwa mereka yang tergabung dalam suatu kegiatan reuni biasanya merupakan suatu bentuk kelompok sosial in group karena didasarkan oleh adanya sikap dan perasaan serta pengalaman yang sama dalam satu korps almamater dari suatu lembaga, semisal institusi pendidikan ataupun organisasi. Perasaan in group ataupun semangat kebersamaan sesama anggota kelompok (esprit de corps) ini biasanya serta merta muncul ketika momentum reuni hadir dan membangkitkan kembali kesadaran kolektif dan memori sosial anggotanya tentang kebersamaan masa lalu yang pernah dilalui bersama.

Reuni dapat menjadi Potensi Modal Sosial  yang sesungguhnya dapat dikembangkan menjadi sebuah potensi aktifitas modal sosial yang memiliki makna positif tidak hanya para anggotanya tapi juga masyarakat sekitarnya. Melalui kegiatan reuni biasanya akan berkumpul berbagai potensi masing-masing individu yang ada didalamnya; yang dapat dikembangkan menjadi sebuah potensi modal sosial yang bermanfaat bagi anggotanya juga masyarakat.

Fondasi kegiatan reuni yang didasari oleh nilai-nilai kebersamaan, kesadaran dan solidaritas satu sama lain adalah awal yang bagus untuk mengembangkan potensi modal sosial. Modal sosial (social capital) sebagaimana mengacu dari Francis Fukuyama (1997) adalah sejumlah norma atau nilai informal yang mendorong berlangsunganya kerjasama antara dua orang individu atau lebih. Dalam kaitan ini , trust (rasa saling percaya), network dan civil society adalah pilar penting yang diperlukan bagi berkembangnya suatu modal sosial. Oleh karenanya reuni merupakan media yang cukup efektif dan terbuka bagi mewujudkan bangkitnya potensi modal sosial yang ada didalamnya.

Inilah salah satu point penting yang ingin disampaikan dalam tulisan bahwa kegiatan reuni sesungguhnya harus dimaknai sebagai sebuah kegiatan yang tidak hanya sekedar kangen-kangenan semata tapi juga harus mampu melahirkan semangat dan komitmen tentang kebersamaan, solidaritas dan kepedulian antar sesama anggotanya serta realitas sosial yang ada disekitarnya.

Reuni itu hakikatnya adalah untuk membangun dan menjalin silaturahmi, jangan sampai ada kontroversi hati apalagi saling menyakiti. Lebih baik lagi jika bisa saling berbagi dan menginspirasi, apalagi berbagi rizki dan menambah pundi pundi...woow mantaaff...deh.

Akhir Kata. Pemahaman terhadap makna reuni, pada akhirnya membawa kita pada satu kenyataan bahwa ada korelasi positif antara reuni sebagai sebuah fenomena aktifitas sosial yang dikaitkan dengan upaya mendorong bangkitnya potensi modal sosial ( social capital ). Potensi modal sosial perlu didorong dan dikembangkan serta dikelola dengan baik sehingga benar-benar bermanfaat untuk menjawab berbagai permasalahan sosial yang ada disekitar kita. Untuk itu, menumbuhkan sikap trust (saling percaya) , perluasan jaringan (network) serta penguatan posisi tawar masyarakat sipil (civil society) merupakan hal penting bagi berkembangnya potensi modal sosial.


Ketiganya saling terkait satu sama lain dan diperlukan untuk membangkitkan energi sosial dalam masyarakat untuk menjawab berbagai tantangan yang ada Dengan demikian, event reuni menjadi sebuah momentum strategis untuk menggalang kekuatan kebersamaan serta membangkitkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anggotanya, utamanya potensi modal aktifitas sosial. Sehingga kegiatan reuni tidak lagi hanya sekedar menjadi kegiatan tanpa makna, tapi juga memberi manfaat bagi masyarakat luas dalam arti seluas - luasnya, terlebih-lebih di tengah situasi bencana yang menimpa bangsa ini. Semoga hal ini menjadi bahan renungan buat kita semua......Demikianlah kurang lebihnya tulisan ini..



0 komentar:

Post a Comment