Sunday, 23 January 2011

Kita dan Pasangan Kita

Hubungan dengan pasangan hidup memang rumit, kadang kita sendiri gak tau apa yang kita rasakan ataupun apa yang dia inginkan dari kita. Meski sudah puluhan tahun hidup bersama kalau kedekatan itu tidak bisa atau tidak mampu berbagi perasaan dan pikiran apalah artinya. Tidak memiliki rasa hormat, tidak bisa jadi panutan dalam menjalani kehidupan ini.

Seringkali kita mendapatkan teman berbagi dari orang yang bukan seharusnya jadi tempat berbagi, ini bukan karena kita tidak mempercayai pasangan hidup, tapi seolah ada penghalang untuk berbagi. Sebagai contoh, seorang teman saya yang sudah menikah selama 25 tahun, menceritakan masalahnya, dia tidak bisa curat dg istrinya, si istri juga cerita pada saya dia juga gak bisa curhat pada suaminya...ada apa ini?

Si istri cerita sebenarnya dia menginginkan si suami jangan suka mengalah padanya, dia menginginkan suaminya lebih superior dari dirinya, selama ini dia tidak menemukan hal tersebut, selalu dia yang punya inisiatif, suaminya terlalu penurut, selalu menghindari pertengkaran dengan alasan kasihan anak-anak melihat orangtuanya ribut. Padahal pertengkaran yang sehat itu diperlukan sebagai contoh buat mereka menyelesaikan persoalan. Aneh juga kalau dalam keluarga tidak ada gejolak..ini diperlukan juga buat selingan yang sehat tentunya..

Semua teman melihat pasangan ini sebagai contoh teladan di lingkungannya..keluarga berkecukupan, anak-anak yang sehat dan pintar, ramah, seperti tidak pernah terlibat masalah..sampai suatu saat suaminya menceraikan si istri dengan alasan sudah tidak tahan lagi dengan sifat istrinya yang selama ini terlalu dominan. Aneh juga menurut pikiran kita yang cuma melihat dari luar.

Sebelum menikah mereka pacaran cukup lama jadi sudah saling tahu sebenarnya sifat atau karakter masing-masing, si suami berpikir nanti bisa memperbaiki sifat-sifat yang kurang dari istrinya, ternyata kalaupun berobah cuma untuk beberapa hari dan selanjutnya kembali ke karakter aslinya yang selalu ingin dominan.
Akhirnya si suami lelah phisik dan mental, untuk apa meneruskan sampai akhir hayat kalau istri tetap seperti ini, tidak mau mengerti apa yang dia inginkan.

Di sisi istri ada rasa penyesalan, dia sampai memohon supaya tidak diceraikan, berjanji untuk merobah prilakunya, tapi si suami tetap dengan pendiriannya, bercerai karena sudah bosan dan jenuh dengan janji si istri.
Sebenarnya mereka masih saling cinta, cuma masing-masing tidak bisa mengemukakan apa keinginannya, si istri sebetulnya ingin suami yang bisa diandalkan dalam mengambil keputusan, tapi si suami selalu mengalah, diam..alasannya tidak mau ribut, Nah..begitu juga sebaliknya si suami menginginkan istri yang sabar, lemah lembut, menghargai dia..tapi si suami menginginkan tanpa dia beri tahu, istri sudah mengerti apa yang dia maui..Gak mungkin yaa..istri kan bukan peramal yang bisa membaca apa yang diinginkan suami ataupun orang sekitarnya.

Jadi intinya memang harus terbuka, kemukakan pada pasangan apa yang kita inginkan dari dia. Jangan sampai perasaan tertekan dengan sifat prilaku pasangan jadi penghalang rasa kedekatan emosional kita padanya..berterus terang lebih baik, lebih melegakan perasaan.

Semoga bermanfaat,

0 komentar:

Post a Comment