Ada kalanya yang
kuat tersimpan dalam kenangan justru luka-luka kehidupan yang tak termaafkan.
Padahal, semua
peristiwa tragis, peristiwa pahit, perselisihan, pertentangan, atau peristiwa
yang menimbulkan luka itu tetaplah merupakan bagian dari sejarah hidup
orang-orang terkasih kita yang tak terelakkan.
Setiap zaman
memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri-sendiri, begitu juga mereka
pelaku-pelaku sejarah di dalamnya.
Sesungguhnya, seburuk
apa pun peristiwa itu, sepahit apa pun luka yang ditimbulkannya, sekuat apa pun
dendam yang muncul karenanya, tetaplah ada hikmah dan pelajaran berharga di
sana.
Mereka sedang
menanti di belakang peristiwa-peristiwa itu, untuk kemudian menyapa kita dengan
kearifan dan kesempurnaan akan nilai cinta kasih.
Dan, ada kalanya
kita mendambakan penyatuan kembali, rekonsiliasi sebagai sebuah keluarga besar
melalui pemaknaan kembali atas peristiwa-peristiwa yang telah dilalui oleh
orang-orang terkasih kita dan kita sendiri.
Masa lalu itu bisa
di asumsikan sebagai masa lalu yang dianggap
sebagai sejarah dan masa lalu sebagai kenangan. Masa lalu sebagai sejarah artinya
kita sudah tidak memiliki emosi apapun
terhadap kejadian yang kita alami di masa lalu itu. Sedangkan masa lalu sebagai
kenangan; pastilah kejadian yang pernah kita alami di masa lalu itu adalah satu
kejadian yang tidak mungkin dilupakan, apabila diingat akan menimbulkan satu
rasa, entah rasa apa, yang jelas masa lalu itu masih mempunyai emosi yang kuat
dalam ingatan dan perasaan.
Naas nya kita salah
menempatkan masa lalu itu; seharusnya
menjadi sejarah, malah menjadi kenangan, tadinya tidak memiliki emosi, malah
menimbulkan emosi saat kita mengingatnya.
Aneh? Ya, awalnya saya juga sempat terpikir sampai saya tahu ternyata masih ada bagian dari masa lalu saya yang masih
mempunyai emosi yang kuat saat saya mengingatnya dan itu berdampak buruk untuk
diri saya yang sekarang.
Terkadang, ada
satu hal/kejadian di masa lalu yang seharusnya dilupakan artinya dijadikan sejarah
di dalam memori kita. Kebanyakan kejadian itu adalah kejadian yang tidak
mengenakkan, misalnya : kehilangan seseorang, pernah disakiti.
Kalau kita masih
mengingat-ingat kejadian itu dan di saat ini kita masih punya perasaan dendam,
sakit, dsb, artinya kita masih menyimpan masa lalu sebagai kenangan.
Kenangan yang
pahit, mungkin? Padahal yang namanya kenangan itu seharusnya yang manis dan indah, misalnya: Rasa senang saat mendapat juara, saat berhasil mencapai
sesuatu, atau kisah kasih dengan seseorang atau lainnya.
Harusnya kita
bisa lepas dari masa lalu yang masih membawa suatu emosi yang pahit untuk diri
kita yang sekarang. Kita harus bisa “must be go on”.
“Must be go
on” bukan hanya bisa meneruskan hidup saja lalu melupakan masa lalu, artinya
kita bisa mengenang masa lalu itu bila masa lalu itu diungkit kembali, tidak
akan menimbulkan emosi apapun di dalam diri kita, bahwa masa itu sudah menjadi
sejarah, bukan lagi kenangan.
Karena seburuk apa
pun peristiwa itu, sepahit apa pun luka yang ditimbulkannya, sekuat apa pun
dendam yang muncul karenanya pasti akan menimbulkan emosi dan merusak kehidupan
kita di masa yang akan datang.
Jadi, “kenangan
itu ibarat jemuran, emosi itu ibarat uap air dari jemuran dan matahari ibarat
ingatan. So kita tinggal menyikapi kondisi kenangan dengan logika berpikir saja…Menguapkan tanpa mendidihkan rasa di hatimu,..semoga.!!!.
0 komentar:
Post a Comment